Ringkasan Materi Mata Kuliah Aqidah Islam - Pengertian, Pemahaman, Karakteristik, Mengamalkan Islam
1. Logika dan Pemahaman Agama Islam
A. Logika Islam
Agama bukan dengan logika, agama mesti
dibangun di atas dalil. Dalam meyakini suatu akidah dalam Islam mesti dengan
dalil. Dalam menetapkan suatu amalan dan hukum pun dengan dalil. Kalau
seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah sepatu (khuf) lebih
pantas diusap daripada bagian atasnya. Namun ternyata praktek Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam yang diusap
adalah bagian atasnya.
Kalau logika bertentangan dengan dalil, maka dalil tetap harus dimenangkan atau
didahulukan.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata,
لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ
لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ وَقَدْ رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
“Seandainya agama dengan logika,
maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada
atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusap bagian atas khufnya (sepatunya).” (HR. Abu Daud no. 162. Ibnu
Hajar mengatakan dalam Bulughul Marom bahwa sanad hadits ini hasan.
Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
Kata Ash Shon’ani rahimahullah,
“Tentu saja secara logika yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah sepatu
daripada atasnya karena bagian bawahlah yang langsung bersentuhan dengan
tanah.” Namun kenyataan yang dipraktekkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidaklah demikian. Lihat Subulus Salam, 1: 239.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Agama bukanlah dengan logika. Agama
bukan didasari pertama kali dengan logika. Bahkan sebenarnya dalil yang mantap
dibangun di atas otak yang cemerlang. Jika tidak, maka perlu dipahami bahwa
dalil shahih sama sekali tidak bertentangan dengan logika yang smart (cemerlang).
Karena dalam Al Qur’an pun disebutkan,
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Tidakkah kalian mau menggunakan
akal kalian.” (QS. Al Baqarah: 44). Yang menyelisihi tuntunan syari’at,
itulah yang menyelisihi logika yang sehat. Makanya sampai ‘Ali mengatakan,
seandainya agama dibangun di atas logika, maka tentu bagian bawah sepatu lebih
pantas diusap. Namun agama tidak dibangun di atas logika-logikaan. Oleh
karenanya, siapa saja yang membangun agamanya di atas logika piciknya pasti
akan membuat kerusakan daripada mendatangkan kebaikan. Mereka belum tahu bahwa
akhirnya hanya kerusakan yang timbul.” (Fathu Dzil Jalali wal Ikram,
1: 370).
Guru kami, Syaikh Sholeh bin Fauzan
bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “Hadits ‘Ali dapat
diambil kesimpulan bahwa agama bukanlah berdasarkan logika. Namun agama itu
berdasarkan dalil. Sungguh Allah sangat bijak dalam menetapkan hukum dan tidaklah
Dia mensyari’atkan kecuali ada hikmah di dalamnya.” (Tashilul Ilmam,
1: 170).
Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz bin
Muhammad Alu Syaikh hafizhohullah berkata, “Hendaklah setiap muslim
tunduk pada hadits yang diucapkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Janganlah sampai seseorang mempertentangkan dalil dengan logika. Jika logika
saja yang dipakai, maka tidak bisa jadi dalil. Ijtihad dengan logika adalah
hasil kesimpulan dari memahami dalil Al Qur’an dan hadits.” (Syarh
Kitab Ath Thoharoh min Bulughil Marom, hal. 249).
B. Beberapa pelajaran dari hadits di
atas:
1. Agama bukanlah
dibangun di atas logika.
2. Seandainya berseberangan
antara akal dan dalil,
maka wajib mengedepankan dalil. Namun sebenarnya sama sekali tidak mungkin
bertentangan antara dalil shahih dan akal yang baik.
3. Sandaran hukum syar’i adalah pada
dalil. Karena ‘Ali pun beralasan yang diusap adalah atas khuf (sepatu) dengan perbuatan Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam.
4. Jika memandang tekstual hadits,
kedua kaki diusap berbarengan, yaitu tangan kanan mengusap kaki kanan dan
tangan kiri mengusap kaki kiri.
5. Hadits ini merupakan bantahan pada Rafidhah karena imam mereka sendiri yaitu ‘Ali
bin Abi Tholib yang mereka anggap ma’shum berbeda keyakinan dengan mereka.
Karena orang Syi’ah tidak meyakini adanya mengusap khuf (sepatu). Sedangkan
‘Ali meyakini adanya mengusap khuf bahkan meriwayatkan hadits tentang hal itu.
Namun anehnya, orang Syi’ah menganggap tidak boleh mengusap khuf, tetapi dalam
hal mencuci kaki saat berwudhu, mereka menganggap boleh hanya dengan mengusap
kaki kosong. Sungguh aneh!
6. Boleh berdalil dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya Allah yang memberi
taufik.
C. Pemahaman Akan Islam
Untuk mengetahui dasar-dasar Islam secara
singkat dapat dikemukakan di sini beberapa ayat al-Quran yang dapat
memberikan gambaran makna dan pemahaman tentang Islam. Jika kita mengkaji
al-Quran, dapat ditemukan bahwa kata Islam disebut sebanyak 8 kali
dalam al-Quran. Dari 8 ayat ini sebenarnya ada empat dasar yang dapat menjelaskan pemahaman
kita tentang Islam, yaitu:
1. Islam adalah agama yang benar di sisi
Allah. Maksudnya adalah bahwa Islam merupakan
satu-satunya agama yang diakui kebenarannya oleh Allah. Allah hanya
menurunkan satu agama kepada umat manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga
Nabi Muhammad saw., karena itulah maka Allah hanya mengakui Islam
sebagai agama yang benar. Semua agama yang diajarkan oleh nabi-nabi sebelum
Muhammad juga disebut Islam. Ketika Allah menurunkan Islam kepada Nabi
Muhammad saw, agama-agama Islam sebelumnya sudah tidak ada lagi.
Kalaupun ada, ajarannya sudah mulai berubah dari prinsip utamanya, tauhid. Karena
itulah, sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. Allah hanya mengakui satu agama
Islam, yakni Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
Hal ini ditegaskan dalam al-Quran sebagai berikut:
( إِ ن ال دينَ عِنْدَ
الله الْإِسْلَامُ (آل عمران:
١٩
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi
Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19).
2. Agama selain Islam tidak akan diterima di
sisi Allah
Maksudnya adalah bahwa Allah tidak akan
menerima seseorang yang memeluk agama selain Islam, seperti Kristen,
Hindu, Buddha, dan lain-lainnya. Semua yang dilakukan oleh penganut agama
selain Islam dalam rangka pengamalan agamanya akan sia-sia, karena
tidak akan diperhitungkan oleh Allah sebagai amal baiknya. Allah menegaskan
hal ini dengan firman-Nya:
وَمَنْ يبَْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ
يقُْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الخَْاسِرِينَ (آل
( عمران: ٨٥
Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 85).
3. Islam adalah agama yang sempurna
Maksudnya adalah bahwa Islam yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad adalah agama yang paling sempurna, karena
ajarannya meliputi semua ajaran yang pernah diturunkan oleh Allah kepada para
nabi sebelum Muhammad. Ajaran agama Islam juga meliputi berbagai
aspek kehidupan manusia, mulai aspek ibadah dan muamalah hingga aspek-aspek
lainnya. Kesempurnaan Islam ini ditegaskan dalam al-Quran:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ( (المائدة: ٣
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah [5]: 3).
4. Islam adalah agama hidayah Allah
Maksudanya adalah bahwa orang yang memeluk
atau menganur agama Islam bukan semata-mata atas kehendaknya sendiri,
melainkan atas petunjuk atau hidayah dari Allah Swt. Sebaliknya, orang
yang tidak dapat memeluk Islam juga bukan karena semata-mata pengaruh orang
lain, tetapi karena Allah memang sengaja menyesatkan orang tersebut.
Allah Swt. berfirman:
فَمَنْ يُرِدِ الله أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلهُ يَجْعَلْ
صَدْرَهُ
ضَيقًا حَرَجًا كَ أَنمَا يَ صعدُ فِي ال سمَ آءِ
كَذَلِكَ يَجْعَلُ الله
2. Karakteristik Ajaran Islam
Islam sebagai agama yang paling sempurna
memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh agama manapun yang dianut
oleh manusia. Karakteristik inilah yang menjadikan Islam benar-benar agama yang
lengkap dan sempurna. Di antara karakteristik Islam berdasarkan beberapa ayat
al-Quran adalah:
1. Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia.
Artinya, agama Islam mengandung petunjuk yang sesuai dengan sifat
dasar manusia, baik dari aspek keyakinan, perasaan, maupun pemikiran, 2)
sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, 3) memberikan manfaat tanpa
menimbulkan komplikasi, dan 4)
menempatkan manusia dalam posisi yang benar.
Hal ini ditegaskan dalam al-Quran surat al-Rum (30): 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِل دينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ الله التِي فَطَرَ الناسَ عَلَيْهَ ا لَا تَبْدِيلَ لخَِلْقِ
( الله ذَلِكَ
ال دينُ الْقَيمُ وَلَكِ ن أَكْثَرَ
الناسِ لَا يعَْلَمُونَ (الروم: ٣٠
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-Rum [30]: 30).
2. Ajaran Islam sempurna (QS. al-Maidah [5];
3). Artinya, materi ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk tentang seluruh
aspek kehidupan manusia. Petunjuk itu ada yang disebutkan secara eksplisit oleh
al-Quran dan hadis, dan ada yang disebutkan secara implisit. Tidak ada satu
pun masalah yang tidak diatur dalam Islam melalui sumber utamanya, al-Quran
(QS. al-An’am [6]: 38).
3. Kebenaran ajaran Islam adalah mutlak.
Kebenaran ajaran ini karena bersumber dari al-Quran (dari Allah) dan
sunnah/hadis (dari Nabi Muhammad saw.). Kebenaran ini dapat pula dipahami
melalui bukti-bukti material maupun bukti-bukti nyata yang ada di dunia (QS.
al-Baqarah [2]: 2).
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai
aspek kehidupan. Meskipun al-Quran menekankan bahwa tujuan utama hidup
manusia di dunia ini untuk beribadah kepada Allah, namun al-Quran juga
mengajarkan bahwa urusan dunia harus diperhatikan, mengingat kehidupan
dunia ikut menentukan keberhasilan manusia di akhirat kelak (QS.
al-Qashash [28]: 77).
5. Ajaran Islam fleksibel dan ringan.
Artinya, ajaran Islam tidak akan membebani manusia untuk melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan. Islam mempertimbangkan kondisi masing-masing
individu dalam menjalankan aturannya dan tidak memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuannya (QS.
al-Baqarah [2]: 286).
6. Ajaran Islam berlaku secara universal,
yakni berlaku untuk semua umat manusia di dunia ini dan berlaku hingga akhir
masa (QS. al-Ahzab [33]: 40).
7. Ajaran Islam sesuai dengan akal fikiran
manusia dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal fikirannya (QS.
al-Mujadilah [58]: 11).
8. Inti ajaran Islam adalah tauhid dan
seluruh ajarannya dalam rangka mendukung ketauhidan tersebut (QS. al-Baqarah
[2]: 163; QS. al-Ikhlash [112]: 1-4).
9. Ajaran Islam adalah rahmatan lil’alamin,
yakni memberikan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia di dunia ini
(QS. al-Fath [48]: 4). Misi utama kehadiran Nabi Muhammad adalah dalam rangka
itu (QS. al-Anbiya’ [21]:107).
3. Cara Mengamalkan Islam
1.
Melalui ilmu: 1) ilmu dunia, 2) ilmu akhirat.
2.
Melalui iman.
3.
Melalui amal/ibadah.
Penjelasan
Ada 3 hal penting yang sering disebut
diperlukan oleh setiap seorang Mukmin yaitu iman, ilmu dan amal. Ketiga hal
tersebut saling berkaitan dan harus dimiliki untuk kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat. Untuk dapat beramal dengan benar, maka seseorang harus memiliki
ilmu. Beramal tanpa ilmu akan menimbulkan banyak kerusakan. Sebagai contoh,
seseorang yang tidak mengetahui hakikat puasa, maka dia berpuasa hanya menahan
haus dan lapar saja, tidak menahan ucapan atau perbuatan keji yang dapat
merusak ibadah puasa.
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: “Barang
siapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak
daripada mashlahatnya” (Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Azis, oleh Ibnul
Jauzi).
Orang yang ikhlas beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dapat merusak amalannya dan bahkan dapat memberikan madhorot kepada orang lain. Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa adalah orang yang sesat padahal mereka melaksanakan sholat, puasa, dan amalan lainnya yang sangat banyak. Rasulullah SAW bersabda, “(Ada sekelompok kaum), mereka menganggap sholat yang dilakukan oleh kamu sangat kecil bila dibandingkan sholat mereka, dan puasanya dianggap lebih rendah dari puasa mereka. Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka.” (Fathul Bari 6/714).
Orang yang ikhlas beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dapat merusak amalannya dan bahkan dapat memberikan madhorot kepada orang lain. Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa adalah orang yang sesat padahal mereka melaksanakan sholat, puasa, dan amalan lainnya yang sangat banyak. Rasulullah SAW bersabda, “(Ada sekelompok kaum), mereka menganggap sholat yang dilakukan oleh kamu sangat kecil bila dibandingkan sholat mereka, dan puasanya dianggap lebih rendah dari puasa mereka. Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka.” (Fathul Bari 6/714).
Imam Ibnu Taimiyah berkata: “Meskipun
sholat, puasa dan tilawah Quran mereka banyak, namun mereka keluar dari
kelompok ahlus Sunah wal Jamaah. Mereka adalah kaum ahi ibadah, wara’ dan
zuhud, tetapi itu semua tidak didasari dengan ilmu.”
Maksudnya mereka beribadah dan membaca Al
Quran, tetapi amalan tersebut dilaksanakan hanya sebagai rutinitas, tanpa
pemahaman terhadap apa yang dilakukan. Mereka memahami ibadah itu suatu
perintah yang harus dilaksanakan tanpa memahami hikmah dibaliknya.
Terkadang pelaksanaan ibadah dibuat untuk rutinitas saja. Ada pelaksanaan sholat Jumat berjamaah dengan khutbah yang berisi nasihat dari beberapa ayat Quran dan doa yang sudah tertulis pada beberapa lembar kertas. Dan cara ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Tentu saja sangat disayangkan jamaah yang sholat Jumat di masjid tersebut. Tidak ada nasehat atau taujih yang dapat dipahami dan amal yang dapat dilaksanakan.
Terkadang pelaksanaan ibadah dibuat untuk rutinitas saja. Ada pelaksanaan sholat Jumat berjamaah dengan khutbah yang berisi nasihat dari beberapa ayat Quran dan doa yang sudah tertulis pada beberapa lembar kertas. Dan cara ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Tentu saja sangat disayangkan jamaah yang sholat Jumat di masjid tersebut. Tidak ada nasehat atau taujih yang dapat dipahami dan amal yang dapat dilaksanakan.
Terdapat cerita nyata pada suatu perumahan
dimana beberapa ibu rumah tangga terjerat hutang dengan rentenir yang
memberikan pinjaman uang dengan bunga yang mencekik. Ternyata para rentenir
terebut adalah ibu-ibu yang terlibat aktif dalam pengajian pekanan. Kisah ini
menunjukkan bahwa kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan tidak memberikan
dampak positif pada aktifitas muamalah yang dilakukan.
Keutamaan seseorang bukan didasarkan pada
banyaknya ilmu, hafalan atau amalan, akan tetapi dilihat dari benar dan
dalamnya pemahaman terhadap agama Islam secara menyeluruh. Oleh sebab itu,
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Satu orang faqih itu lebih berat bagi setan
daripada seribu ahli ibadah.” HR. Tirmidzi.
Sahabat Umar bin Khathab ra juga pernah
berkata, “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu sholat di waktu malam dan
berpuasa di siang hari itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang
mengetahui halhal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah.”
Bagusnya pemahaman terhadap agama mengalahkan
faktor yang lainnya. Sebagai contoh, khalifah Umar bin Khathab ra pernah
mengangkat sahabat Ibnu Abbas ra yang pada saat itu masih berusia 15 tahun
untuk menjadi anggota majelis syuro. Umar bin Khathab ra menjulukinya sebagai
“pemuda tua” karena ketinggian pemahamannya pada usia yang sangat muda.
Oleh karena itu berusahalah kita mendapatkan
pemahaman yang benar terhadap Islam yaitu pemahaman yang jernih, murni,
integral dan universal. Hal ini akan menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan
akhirat. Ibnul Qayyim pernah berkata, “Benarnya kepahaman dan baiknya tujuan
merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Tiada nikmat
yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Karena
nikmat itulah seseorang memahami Islam dan komitmen pada Islam. Dengannya seorang
hamba dapat terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang yang
buruk tujuannya. Juga terhindar dari jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang
yang buruk pemahamannya, serta akan menjadi orang-orang yang baik tujuan dan
pemahamannya.”
Wallahu a’lam.
0 Response to "Ringkasan Materi Mata Kuliah Aqidah Islam - Pengertian, Pemahaman, Karakteristik, Mengamalkan Islam"
Post a Comment