Pendapat yang Berbeda - Sisa-sisa Perjuangan

          Hidup yang akan kami tempuh tentu masih sangat panjang. Kami baru menginjak tahun kedua kuliah. Berarti, ada dua tahun tersisa untuk kami tertawa lepas di kontrakan ini. Masih ada waktu untuk kami party-party, yang membuat senang tentu tambahan buku koleksi dari para dosen. Agar kelak kamar sempit ini layak disebut perpustakaan kecil. Atau sebagai museum buku-buku tua yang tak pernah terbaca oleh tuannya. Kita tunggu, sampai kapan buku-buku tua tersebut melambaikan tangan pada tuannya, minta ditemenin, diajak jalan-jalan mencari pengetahun di dunia ini. Dan bersyukurnya kami, ujian tengah semester bulan ini sudah menanti kami. Ujian sudah menunggu kami di gerbang kampus jauh-jauh hari. Dan buku kami, mereka sedang sibuk menyiapkan kejutan bagi tuannya.
          Lima pemuda (termasuk penulisnya) ini masih santai, seolah-olah kuliah hanya mainan Barbie atau Kartu Remi. Yang dalam hitungan menit bosan dan ujungnya-ujungnya dibuang begitu saja. Bahkan, kami sering lupa akan tugas mahasiswa: belajar menunaikan kewajiban! Namun, bukan tanpa alasan sebab saking nyamannya tempat kami tinggal, semua hal berbau akademis pun lupa seketika. Dan ketika kami berkumpul di ruang tamu, saat suara televisi berdengung keras, itulah rasa kebersamaan kami muncul. Makan puas-puas saja, rokok bak alfamart tak pernah absen kami jumpai, kecuali saat tanggal tua saja. Banyak hal yang sudah dibagikan satu antar lainnya, opini, pengalaman, kisah-kisah konyol nan serius, hingga terseram pun tak luput kami sampaikan. Tujuannya simpel, agar kami tak jenuh di sini. Meski semua punya jalan pikiran masing-masing, sah-sah saja selama masih batas wajar. Artinya: menghindari bentrok berlebih sesamanya!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pendapat yang Berbeda - Sisa-sisa Perjuangan"