Analisis Jargon dalam Iklan Minuman di Televisi


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Jargon Dalam Iklan Minuman di Televisi” yang merupakan salah satu tugas terstruktur mata kuliah Sosiolinguistik pada semester lima.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai bagaimana latar belakang, masalah tulisan, tujuan, mengindentifikasi kerangka teori, formulasi isi tulisan, dan bagaimana membuat kesimpulan. Sehubungan dengan selesainya makalah ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Triwati Rahayu, M.Hum., selaku dosen mata kuliah Sosiolinguistik, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang telah memberikan tugas pembuatan makalah mengenai “Analisis Jargon Dalam Iklan Minuman di Televisi”. Besar harapan melalui penugasan seperti ini, pengetahuan Penulis dalam penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami di kemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, demi menyempurnakan tulisan ini, Penulis memerlukan sumbangan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
                       
                                                            Yogyakarta, 24 November 2016
                                                                                                                                               



                                                                                                            Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
            B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
            C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................2
            D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI
            A. Sosiolinguistik.............................................................................................................4
            B. Peristiwa Tutur............................................................................................................5
            C. Faktor yang Mempengaruhi Peristiwa Tutur..............................................................5
            D. Variasi Bahasa............................................................................................................6
            E. Jargon................................................................... ......................................................8
            F. Prinsip Kerja Sama dan Kesopanan............................................................................8
            G. Iklan Televisi..............................................................................................................10

BAB III PEMBAHASAN
            A. Peristiwa Tutur dalam Iklan Televisi.........................................................................11
            B. Jargon yang Terdapat dalam Iklan Televisi................................................................20

BAB IVPENUTUP
            A. Kesimpulan.................................................................................................................22
            B. Saran ..........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Pada era globalisasi, bahasa sangat berperan besar dalam kehidupan manusia terutama untuk berkomunikasi, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa saling berinteraksi dan melakukan hubungan sosial. Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting untuk menyampaikan pesan atau maksud antara seseorang kepada orang lain. Chaer (2004 : 11) menyatakan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Dilihat dari segi positifnya, periklanan merupakan cara menjual melalui penyebaran informasi. Tentu saja tidak sembarang informasi yang perlu dikemukakan, dan tidak semua informasi merupakan iklan. Bahasa yang digunakan dalam iklan diharapkan dapat dimengerti oleh konsumen dan dapat menarik perhatian mereka terhadap produk tersebut. Iklan sengaja dibuat dengan berbagai gaya dan menarik tanpa mengurangi keakuratan dan keunggulan dari produk tersebut. Inti dari bahasa iklan adalah unsur persuasif, yaitu bertujuan untuk mempengaruhi orang lain untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, iklan menggunakan gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk menarik konsumen.
            Iklan merupakan media penyaluran berita kepada khalayak umum. Kecenderungan iklan bersifat persuasif artinya mengajak masyarakat untuk menggunakan produk yang diiklankan melalui gaya bahasa yang disampaikan dalam iklan tersebut. Sebuah iklan diciptakan untuk mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menanggapi iklan yang disampaikan. Daya tarik sebuah iklan dibangun untuk mengingatkan khalayak pada citraan tertentu. Citraan muncul dari penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah iklan, sehingga para konsumen tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Penggunaan gaya bahasa setidaknya dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang dalam penggunaan bahasa tertentu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya.
            Pengiklan membidik dari banyak sisi dalam memasarkan produknya kepada masyarakat. Dari segi bahasa maupun dari segi bentuknya, iklan dapat mengubah citraan atau pandangan masyarakat terhadap suatu produk. Pada awalnya produk tersebut tidak menarik bagi seseorang, tetapi setelah melihat iklan tersebut dapat mengubah pandangan terhadap produk yang diiklankan. Pada penelitian kali ini dipusatkan perhatian pada jargon iklan minuman di televisi. Produk minuman dipilih dalam penelitian ini karena dalam iklan minuman terdapat unsur bahasa yang menarik untuk diteliti. Terdapatnya gaya bahasa dalam iklan telah disurvei oleh peneliti sebelum melakukan penelitian lebih lanjut.  Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, terdapat variasi gaya bahasa dalam jargon iklan minuman di televisi. Sebagai contoh pada jargon iklan teh pucuk harum yakni “rasa teh terbaik ada di pucuknya!”.
            Penelitian ini tidak difokuskan pada iklan secara keseluruhan melainkan pada jargon untuk membatasi peneliti dalam permasalahan yang terdapat pada penelitian. Pemilihan jargon dimaksud untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam iklan minuman di Indonesia beserta makna yang terkandung di dalam. Iklan minuman dipilih penelti disebabkan oleh ketertarikan penulis terhadap iklan serta jargon-jargon yang menarik perhatian pemirsa. Ketertarikan peneliti terhadap jargon yakni jargon selalu ada ditiap iklan sehingga hal tersebut menjadi hal yang unik serta menarik perhatian peneliti. Daya tarik penggunaan gaya bahasa pada setiap iklan menjadi hal yang unik di tiap-tiap iklan, sehingga mendorong peneliti mengkaji hal tersebut lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian dari sosiolinguistik?
2.      Apa pengertian dari peristiwa tutur?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi peristiwa tutur?
4.      Apa pengertian variasi bahasa?
5.      Apa pengertian jargon?
6.      Apa kaitan pragmatik dengan peristiwa tutur?
7.      Apa pengertian iklan televisi?
8.      Apa saja peristiwa tutur dalam iklan televisi?
9.      Bagaimana hasil analisis jargon melalui teori Dell Hymes?
10.  Apa saja jargon yang terdapat dalam iklan televisi?

C. Tujuan Penulisan
            Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan peristiwa tutur yang terdapat pada iklan tayangan televisi.
2.      Menganalisis bentuk jargon yang digunakan pada iklan tayangan televisi.

D. Manfaat Penulisan
            Manfaat yang dapat diambil melalui makalah ini terbagi atas manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis sebagai berikut.
1.      Manfaat Teoritis
                                    Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan penelitian dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan variasi bahasa, khususnya masalah jargon dalam iklan minuman di televisi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sumbangan teori linguistik bagi ilmu bahasa dan sastra Indonesia bagi pembaca.

2.      Manfaat Praktis
                        Secara praktis manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.
            a. Bagi masyarakat
                        Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat mengenai variasi         bahasa, khususnya  jargon yang terdapat dalam iklan minuman.

b. Bagi konsumen
                        Manfaat penelitian bagi konsumen memberikan ketertarikan untuk membeli produk minuman saat melihat iklan tersebut ditayangkan di televisi.

c. Bagi mahasiswa
                        Menambah bahan pengetahuan mengenai variasi bahasa, terutama   jargon yang seringkali ditemui di kehidupan sehari-hari melalui tayangan          iklan di televisi.




BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sosiolinguistik
            Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin, yaitu disiplin ilmu sosiologi dan disiplin ilmu linguistik, dua bidang ilmu yang masing-masing memberi peran yang berbeda. Sosiologi memperhatikan hubungan sosial antar manusia di dalam masyarakatnya, sebagai individu maupun kelompok. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat beserta lembagalembaga sosial dan proses sosial yang ada di masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi berlangsung dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat akan diketahui cara-cara manusia bersosialisasi dalam masyarakatnya (Chaer dan Kristina 2004:2). Adapun Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Rokhman 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktorfaktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Agustina 2004:4). Berbeda dengan sosiologi bahasa, yang merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari fenomena sosial yang dihubungkan dengan keberadaan situasi kebahasaan di masyarakat. Kajian sosiolinguistik bersifat kualitatif sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Sosiolonguistik lebih berhubungan dengan perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, sedang sosiologi bahasa berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa atau dialek.
            Bram dan Dickey (dalam Rokhman 2002), menyatakan bahwa sosiolinguistik menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di masyarakat, menjelaskan kemampuan manusia memainkan aturan berbahasa secara tepat dalam situasi yang beragam. Masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik adalah: (1) identitas sosial dari penutur, siapakah penutur, apa kedudukannya di masyarakat, keluarga dan pranata sosial lain, identitas penutur mempengaruhi pilihan bahasanya seperti pilihan variasi bahasa tertentu terhadap situasi yang dihadapi, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, di manakah tempat peristiwa tutur terjadi apakah di tempat umum yang ramai ataukah di ruangan tempat seseorang tengah beribadah, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, pilihan dialek yang berhubungan dengan status sosial penggunanya, (5) penilaian sosial yang berbeda penutur dan perilaku bentuk ujaran, masyarakat akan menilai bentuk ujaran dan perilaku kebahasaan lain yang sesuai dan pantas dimiliki sehubungan dengan kedudukannya terhadap masyarakat lain, (6) tingkat variasi dan ragam linguistik, sebagai akibat perubahan dan perkembangan yang terus terjadi di masyarakat maka bahasa turut berkembang ke dalam varian-varian yang disesuaikan dengan kebutuhan kebahasaan dalam masyarakat tersebut, (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

B. Peristiwa Tutur
            Peristiwa tutur adalah serangkaian tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Sementara menurut Chaer peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Peristiwa tutur pada hakikatnya adalah serangkaian tindak tutur yang terstruktur dan mengarah pada suatu tujuan. Jika peristiwa tutur merupakan gejala sosial dalam situasi tertentu yang menitik beratkan pada tujuan peristiwa, tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan dipengaruhi kemampuan kebahasan penutur yang menitikberatkan pada makna tuturan yang dilakukan.

C. Faktor yang Mempengaruhi Peristiwa Tutur
            Pilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa atau multibahasa disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan budaya. Evin-Trip (dalam Rokhman 2002) mengidentifikasikan empat faktor utama, yaitu latar waktu dan tempat, situasi, partisipan, topik pembicaraan dan fungsi interaksi. Geertz (dalam Umar dan Napitupulu 1993) menyatakan adanya latar belakang sosial, isi percakapan, sejarah hubungan sosial pembicara, dan kehadiran pihak ketiga dalam percakapan. Gal dan Rubin (dalam Rokhman 2002) masing-masing menyatakan bahwa partisipan adalah faktor terpenting terjadinya pilihan bahasa, sedang Rubin menyatakan bahwa faktor lokasi terjadinya interaksi lebih menentukan pilihan bahasa. Dapat disimpulkan bahwa latar belakang sosial, situasi, dan partisipan dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan bahasa.
            Terjadinya peristiwa tutur  dalam suatu komunikasi selalu diikuti oleh berbagai unsur yang tidak terlepas dari konteksnya. Menurut Dell Hymes ada beberapa syarat terjadinya peristiwa tutur yang dikenal dengan akronim SPEAKING. (S) Setting and scene, yaitu berkenaan dengan waktu, tempat dan situasi pembicaraan. (P) Participants, yaitu pihak-pihak yang terlibat di dalam tuturan. (E) Ends, merujuk pada maksud dan tujuan penuturan. (A) Act sequence, mengacu pada bentuk dan isi ujaran. (K) Key,meliputi nada, cara, dimana suatu pesan disampaikan. (I) Instrumentalities, mengacu pada bahasa yang digunakan atau variasi bahasa seperti dialek, ragam atau register. (N) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. (G) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti puisi, narasi, doa dan sebagainya. Kedelapan unsur tersebut merupakan faktor di luar bahasa yang dapat menentukan pilihan bahasa peserta tutur dalam sebuah peristiwa tutur.



D. Variasi Bahasa
            Wujud bahasa yang konkret akan diperlakukan berbeda oleh adanya perbedaan penuturnya meskipun sebagai sistem, bahasa dipahami sama oleh semua penuturnya. Bahasa menjadi bervariasi karena penggunaanya dan tujuan pengguna atau penuturnya juga beragam, dan semakin beragam apabila wilayah penggunaannya juga semakin luas. Varian bahasa dibedakan menjadi tiga yaitu dialek, tingkat tutur dan ragam (Rahardi 2001). Dialek dapat dibedakan berdasarkan geografi, sosial, usia, jenis kelamin, aliran, dan suku. Tingkat tutur dibedakan menjadi tingkat tutur hormat dan tingkat tutur tidak hormat. Ragam dibedakan menjadi ragam suasana dan ragam komunikasi.Variasi dilihat dari segi penuturnya dibedakan menjadi : (1) idiolek, yaitu variasai bahasa yang bersifat perseorangan, seperti pilihan kata, irama, gaya bahasa, susunan kalimat. Setiap manusia memiliki warna suara yang berbeda ketika berbicara, (2) dialek, yakni variasai bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, variasi ini bersifat perkelompok masyarakat, (3) kronolek, ialah variasi bahasa yang digunakan secara temporal, jadi memiliki batasan waktu penggunannya, (4) sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial penggunanya. Umumnya dapat diidentifikasikan dengan adanya perbedaan morfologis, sintaksis dan kosa kata. Misalnya ada yang disebut akrolek, basilek, slang, kolokial,jargon, argot dan ken.
            Menurut Pateda (1992:52), variasi bahasa dapat dilihat dari :
a. Tempat
1) Tempat yang dibatasi oleh air, keadaan tempat berupa gunung dan hutan, variasi ini menghasilkan dialek.
2) Bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu.
3) Kolokial ialah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat yang tinggal di daerah tertentu. Kolokial biasa disebut bahasa sehari-hari, bahasa percakapan dan kadang-kadang disebut bahasa pasar.
4) Vernakular adalah bahasa lisan yang berlaku sekarang pada daerah atau wilayah tertentu.

b. Waktu
            Variasi bahasa secara diakronik temporal, dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Perbedaan waktu menyebabkan perbedaan makna untuk kata-kata tertentu. Bahasa mengikuti garis perkembangan masyarakat pemakai bahasa. Kadang-kadang bukan saja maknanya berbeda, tetapi bunyi (lafalnya), bahkan bentuk katanya. Bahasa bersifat dinamis tidak statis.

c. Pemakai
            Berdasarkan orang yang menggunakan bahasa tersebut, dapat dibedakan atas (1) glosolalia yaitu ujaran yang dituturkan ketika orang kesurupan, (2) idiolek merupakan penggunaan bahasa yang sama, tetapi akan diujarkan berbeda oleh setiap pembicara (penutur) baik yang berhubungan dengan aksen, intonasi, dan sebagainya, (3) kelamin; penutur dibagi atas laki-laki dan perempuan. Meskipun tidak tajam perbedaannya, tetap akan terlihat perbedaan baik yang berhubungan dengan suasana pembicaraan, topik pembicaraan maupun pemilihan kata yang dipergunakan, (4) monolingual yaitu penutur bahasa yang hanya mempergunakan satu bahasa saja, (5) rol adalah peranan yang dimainkan oleh seorang pembicara dalam interaksi sosial, (6) status sosial; kedudukannya yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaaan. Bahasa yang dipergunakan tercermin pada jumlah kosakata yang dikuasai, pemilihan kosakata yang dipergunakan, kosakata yang dihubungkan dengan kata-kata dasar maupun cara pengungkapannya, (7) umur; makin tinggi umur seseorang makin banyak kata yang dikuasainya, baik pemahamannya dalam struktur bahasa, baik pelajarannya.

d. Situasi; (1) diglosia merupakan pengkhususan fungsi masimg-masing ragam bahasa, (2) kreol merupakan suatu perkembangan linguistik yang terjadi karena dua bahasa berada dalam kontak dalam waktu yang sama, (3) bahasa lisan, (4) pijin adalah bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda, (5) register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang, (6) repertoar merupakan peralihan bahasa yang dipakai karena pertimbangan terhadap lawan bicara, (7) reputations merupakan pemilihan pemakaian suatu bahasa karena faktor penilaian terhadap suatu bahasa, (8) bahasa standar, (9) bahasa tulis, (10) bahasa tutur sapa, (11) kan dapat dikatakan sejenis dengan slang, tetapi sengaja dibuat untuk merahasiakan sesuatu kepada kelompok lain, (12) jargon merupakan pemakaian bahasa dalam setiap bidang kehidupan.

e. Dialek yang dihubungkan dengan sapaan dapat dibedakan atas (1) situasi resmi, dan (2) situasi tidak resmi.

f. Status
1) Bahasa ibu, bahasa yang digunakan di rumah, bahasa yang dipergunakan ibu ketika berkomunikasi dengan anaknya sejak anak itu masih kecil.
2) Bahasa daerah, bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat daerah tertentu untuk berkomunikasi antara sesama mereka.
3) Lingua franca, bahasa yang merupakan penghubung antarpenutur bahasayang berbeda-beda bahasa.
4) Bahasa nasional, bahasa yang dipergunakan oleh suatu negara untuk salingberkomunikasi antara sesama warga negara itu.
5) Bahasa negara, bahasa yang diakui secara yuridis dipergunakan di wilayah suatu negara untuk dipergunakan oleh warga negara tersebut untuk berkomunikasi.
6) Bahasa pengantar, bahasa yang dipakai untuk mengantarkan atau untuk menjelaskan ilmu pengetahuan kepada orang lain.
7) Bahasa persatuan
8) Bahasa resmi, bahasa yang secara resmi diakui secara yuridis sebagai bahasa resmi dalam negara.

g. Pemakaiannya (ragam)
            Berdasarkan penggunaannya dikenal adanya ragam-ragam bahasa seperti ragam jurnalistik, ragam sastra dan ilmiah. Berdasarkan status pemakainya dikenal ragam rendah dan ragam tinggi, ragam formal dan ragam non formal. Ragam bahasa dari segi keformalan dibedakan menjadi (1) ragam baku, (2) ragam resmi atau formal, (3) ragam usaha atau konsultatif, (4) ragam santai, dan (5) ragam akrab atau intim (Chaer dan Agustina, 2004: 70-73). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal menggunakan bahasa dalam ragam baku dengan pola dan kaidah yang sudah ditetapkan kebakuannya. Variasi bahasa ragam baku digunakan dalam acara resmi dan khidmat, misalnya dalam upacara kenegaraan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi formal seperti pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas, buku pelajaran dan lain sebagainya. Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak terlalu resmi atau formal dan tidak terlalu santai. Misalnya dalam pembicaraan di sekolah, rapat-rapat biasa atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil produksi. Ragam santai atau kausal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi santai seperti pada pembicaraan antara kawan, keluarga pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya. Ragam santai ditandai dengan adanya pemakaian bahasa yang sering tidak normatif, kosa katanya banyak dipengaruhi bahasa daerah dan unsur leksikal dialek. Ragam akrab atau intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam akrab ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas.

E. Jargon
            Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama-tama jargon mengandung makna suatu bahasa dialek, atau tutur yang kurang sopan atau aneh. Akan tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca. Makna yang ketiga mempunyai ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Dalam hal ini jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompokkelompok khusus lainnya. Secara umumm, jargon merupakan wujud variasi bahasa yang pemakainya terbatas pada kelompok-kelompok sosial tertentu. Istilah-istilah yang dipakai tidak dimengerti oleh masyarakat umum dan masyarakat di luar kelompoknya. Kelompok sosial pemakai jargon ini biasanya menggunakan istilah-istilah khusus namun tidak bersifat rahasia.

F. Prinsip Kerja Sama dan Kesopanan
            Setiap peristiwa komunikasi antara penutur dan mitra tutur mengharapkan kelancaran dalam berkomunikasi.  Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, dan mudah dipahami. Kelancaran komunikasi dalam kegiatan berbahasa tidak hanya ditentukan oleh unsur-unsur kebahasaan secara struktural akan tetapi harus diperhatikan pula prinsip-prinsip penggunaan bahasa. Dengan memperhatikan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam penggunaan bahasa, maka maksud atau pesan yang diingikan akan mudah diterima oleh mitra tutur. Meskipun demikian seorang penutur tidak selamanya mematuhi prinsip-prinsip tersebut. Adakalanya seorang penutur sengaja melakukan penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dan sopan santun dalam berkomunikasi. Hal ini untuk menunjukkan adanya maksud-maksud tertentu yang ingin disampaikan penutur. Grice mengemukakan bahwa saat melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversational maxim), yaitu :
1.      Maksim Kuantitas (maxim of quantity)
            Maksim yang menghendaki setiap peserta tutur memberikan kontribusi secukupnya atau sebanyak yang  dibutuhkan oleh mitra tutur.
2.      Maksim Kualitas (maxim of quality)
            Maksim yang mewajibkan setiap peserta tutur  mengatakan hal yang sebenarnya (fakta) atau dengan kata lain dapat dibuktikan secara nyata.
3.      Maksim Relevansi (maxim of relevance)
            Maksim yang mengharuskan setiap peserta tutur memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan.
4.      Maksim Pelaksanaan (maxim of manner)  
            Maksim yang mengharuskan setiap peserta tutur berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa dan tidak berlebih-lebihan.

            Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual, tetapi seringkali pula berkaitan dengan persoalan yang bersifat interpersonal. Bila sebagai retorika tekstual pragmatik membutuhkan prinsip kerja sama, sedangkan sebagai retorika interpersonal pragmatik membutuhkan prinsip lain yakni prinsip kesopanan seperti yang dikemukakan oleh Leech. Prinsip tersebut memiliki beberapa maksim, yaitu :
1.      Maksim Kebijaksanaan
            Maksim ini diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif. Maksim kebijaksanaan menggariskan setiap peserta tutur untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
2.      Maksim Penerimaan
            Maksim ini diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
3.      Maksim Kemurahan
            Maksim ini diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Dengan penggunaan maksim ini, jelaslah bahwa tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang berlaku sopan, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan dan menyataka pendapat penutur diwajibkan berperilaku sopan pula. Maksim kemurarahan menuntut setiap rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
4.      Maksim Kerendahan Hati
            Maksim ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati perpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan  meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
5.      Maksim Kecocokan/Permufakatan
            Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Maksim ini menggariskan setiap penutur dan mitra tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.
6.      Masim Kesimpatisan
            Maksim ini diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Maksim ini menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa anti pasti pada mitra tutur.

G. Iklan Televisi
            Menurut Rahayu (2004), iklan merupakan salah satu jenis wacana persuasif yang bertujuan mempengaruhi pendengar atau pembaca. Televisi adalah alat elektronik yang mampu menangkap siaran televisi yang disiarkan oleh stasiun televisi. Bila diuraikan penampakannya, iklan televisi adalah satu bentuk wacana persuasi yang terbentuk atas dua aspek, verbal dan nonverbal yang bersifat audiovisual. Secara umum iklan televisi adalah salah satu jenis wacana bisnis yang memiliki ciri-ciri kreatif secara verbal, seperti bahasa ringan, sederhana, menggunakan prinsip ekonomi kata yang telah diseleksi kata-kata yang bercitra positif, menghindari istilah-istilah teknis. Adapun, ciri-ciri kreatif secara nonverbal antara lain mencakup teknik, cara, dan dramatisasi penyampaian pesan, pemilihan bintang iklan beserta bahasa tubuhnya, penempatan produk yang baik di hati konsumen, penyajian story board, penyajian dan pemilihan setting, musik, soundtrack.
            Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan mengenai pengertian iklan televisi yaitu, berita pesanan atau pemberitahuan kepada khalayak yang ditayangkan melalui siaran stasiun televisi dalam bentuk paket audio visual yang menarik perhatian, ringan dan menghibur yang secara persuasif membujuk atau mempengaruhi pikiran atau perhatian penonton televisi agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.







BAB III
PEMBAHASAN

A. Peristiwa Tutur dalam Iklan Televisi
            Iklan televisi mempunyai unsur pembangun berupa tuturan. Tuturan dalam iklan televisi berbentuk tuturan langsung yang dilakukan oleh bintang iklan yang bersangkutan dan tuturan yang dinarasikan oleh naratornya dalam bentuk narasi suara atau Teks + Nr visual. Pada tuturan langsung terdapat kehadiran bintang iklan yang melakukan tindak tutur baik dalam bentuk dialog maupun monolog dengan mitra tuturnya. Dalam kaitan ini, mitra tutur dari bintang iklan yang melakukan tuturan langsung berupa dialog adalah bintang iklan lain yang berkedudukan sebagai mitra tutur dalam peristiwa tutur yang ada. Mitra tutur bintang iklan yang melakukan tuturan berbentuk monolog adalah para audien atau penonton yang menyaksikan paket iklan tersebut di televisi. Tuturan langsung yang dilakukan penutur dan mitra tuturnya dapat dicontohkan sebagai berikut.

Daftar Singkatan        :
BIU                 : Bintang Iklan Utama
BI                    : Bintang Iklan Pembantu
TAV                : Teks Audio Visual
Teks + Nr        : Teks Visual Disertai Narasi
Nr                    : Narator
(L)                   : Laki-laki
(P)                   : Perempuan
(1)                   : Nomor 1
(2)                    : Nomor 2
(3)                    : Nomor 3

KONTEKS : SI PEREMPUAN MEMEGANG BOTOL MINUMAN. KEMUDIAN DIIKUTI SATU PEREMPUAN DAN SATU LAKI-LAKI YANG KETIGANYA MEMINUM SEBUAH MENINUMAN BOTOL BERSAMA-SAMA. PEREMPUAN PERTAMA MEMPERLIHATKAN EKSPRESI SENANG SETELAH MEMINUM MINUMAN TERSEBUT
BIU (P)                       : Tubuh perlu tujuh ion. Aku minumnya IsoPlus. Kini hadir IsoPlus. Isotonik baru seperti cairan tubuh, ionnya  cepat diserap. Biar tubuhmu seimbang perlu 7 ion.
BI(2) (L)                     : I feel fresh!
TAV                            : With cold filling system, rasa dan kualitas tetap terjaga.
BIU dan BI (L)           : We love it!
BIU                             : IsoPlus, 7 ionnya lengkap.
BIU (P), BI (P dan L) : Cepat diserap!
Teks visual                  : Dari Wingsfood
           
            Berikut akan dipaparkan analisis menurut Dell Hymes :
1.      Setting and scene
            Waktu terjadinya peristiwa tutur dalam iklan tersebut tidak diketahui secara pasti. Dalam arti, keterangan yang muncul bersifat kabur atau tidak jelas. Hal itu disebabkan karena tidak adanya latar belakang di mana iklan itu dibuat. Lain halnya jika latar belakang dicantumkan, misal di suatu pagi yang cerah di sebuah kota yang ramai penduduk. Kemudian, dilihat dari tempat terjadinya peristiwa tutur juga masih terdapat kendala untuk diteliti. Masalah-masalah seperti itu yang sementara menyulitkan peneliti untuk memastikan di mana terjadinya peristiwa tutur tersebut berlangsung. Akan tetapi, lain halnya suasana yang tergambar pada iklan yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi, pada iklan minuman yang dibintangi oleh ... dan tersebut, dilihat dari ekspresi dan gerakan tubuh bintang iklan, peneliti mengambil kesimpulan jika suasana yang terkandung di dalamnya penuh kebahagiaan dan kesenangan. Alasan logis dapat peneliti buktikan lewat kalimat berikut : I feel fresh!  
            Kalimat I feel fresh!  bilamana diartikan menjadi “aku merasa segar”. Itu berarti mencakup keseluruhan kejadian yang berlangsung. Akan menjadi aneh jika bintang iklan tersebut mengatakan kalimat I feel fresh!  dalam acara pemakaman seseorang. Selanjutnya, dikaji secara pragmatik, makna bahasa yang terkandung di dalamnya mencerminkan suatu ujaran keceriaan antara penutur dan mitra tutur. Terlebih kalimat di atas termasuk kalimat deklaratif (kalimat berita), yang mempunyai fungsi untuk mengabarkan atau menyatakan sesuatu hal terkait sebuah peristiwa atau kejadian.

2.      Participants
            Pihak-pihak yang terlibat di dalam tuturan iklan di atas berjumlah tiga orang, yakni bintang iklan utama berjenis perempuan, dua bintang iklan pembantu yang berjenis lakik-laki dan perempuan.

3.      Ends                           
            Setiap peristiwa tutur (komunikasi) antara penutur dan mitra tutur pastilah mempunyai tujuan yang ingin dicapai baik itu tujuan bersifat milik pribadi atau kepentingan kelompok tertentu. Tujuan peristiwa tutur di atas tidak lain adalah bermaksud menyatakan perihal minuman IsoPlus yang mempunyai kelebihan 7 ion yang mampu diserap tubuh secara cepat agar terhindar dari dehidrasi, dilanjutkan dengan sebuah pengaruh atau persuasif dengan tujuan mengajak para pemirsa (terutama konsumen minuman kemasan) untuk ikut mengonsumsi minuman IsoPlus. Harapan besar, apa yang diujarkan oleh bintang iklan tersebut mampu menaikkan pangsa pasar IsoPlus, juga sebagai bentuk promosi demi ketercapainnya keuntungan bagi perusahaan yang membuat minuman di atas.

4.      Act Sequence             
            Bentuk ujaran yang terjadi dalam iklan di atas yaitu secara lisan, bersifat langsung mengingat adanya timbal-balik antara penutur dan mitra tutur. Sementara isi peristiwa tutur yaitu, terkait dengan bentuk pengenalan bagi pemirsa bahwasanya terdapat minuman terbaru dari Wingsfood bernama IsoPlus yang merupakan minuman isotonik keluaran terbaru dan melalui kelebihannya dinilai membantu kinerja tubuh supaya tetap maksimal (dalam kasus ini sehubungan cairan tubuh manusia).

5.      Key                            
            Cara bintang iklan menyampaikan ujarannya dengan menggebu-gebu disertai semangat penuh kegirangan mengingat setelah bintang iklan utama tersebut meminum IsoPlus, kalimat We love it! muncul akibat kelebihan IsoPlus yang selain bervitamin, juga memberikan daya dukung bagi proses metabolisme tubuh manusia.

6.      Intrumentalities          
            Ragam bahasa yang digunakan para bintang iklan di atas yaitu ragam santai. Terdapat alasan peneliti menyimpulkan hal demikian mengingat kalimat Tubuh perlu tujuh ion. Aku minumnya IsoPlus. Kini hadir IsoPlus. Isotonik baru seperti cairan tubuh, ionnya cepat diserap. Biar tubuhmu seimbang perlu 7 ion diujarkan Titi Kamal lewat gesture tubuh yang santai, tidak kaku, bahkan seperti menghilangkan kebakuan atau keresmian bahasa tersebut (lebih jelasnya dapat dilihat melalui video youtube). Tidak hanya ragam santai, masalah kedwibahasaan, khususnya alih kode berhasil peneliti temukan. Berangkat dari kalimat Tubuh perlu tujuh ion. Aku minumnya IsoPlus. Kini hadir IsoPlus. Isotonik baru seperti cairan tubuh, ionnya cepat diserap. Biar tubuhmu seimbang perlu 7 ion yang diujarkan oleh bintang iklan utama dilanjutkan dengan kalimat We love it! (bahasa asing). Perlu diketahui bahwasanya alih kode merupakan peristiwa penutur menggunakan dua ragam bahasa dalam waktu yang berbeda. Perpindahan bahasa dalam iklan di atas, dari ragam baku (Indonesia) menuju ragam bahasa asing (Inggris).

7.      Norm of Interaction and Interpretation
            Terkait norma yang berlaku dalam peristiwa tutur, peneliti menemukan keganjilan bahwasanya peristiwa tutur tersebut menyalahi prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice, yakni maksim relevansi. Dalam maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan. Berikut ujaran yang dimaksud :
A         : Tubuh perlu tujuh ion. Aku minumnya IsoPlus. Kini hadir IsoPlus. Isotonik baru seperti cairan tubuh, ionnya cepat diserap. Biar tubuhmu seimbang perlu 7 ion.
B         : I feel fresh!

            Ujaran di atas tidaklah sesuai topik yang dibicarakan oleh A. Secara prinsip, seharusnya B menjawabnya dengan Iya? Benarkah demikian? atau Apakah dapat dibuktikan kebenarannya? Tidak adanya hubungan yang relevan itulah yang membuat ujaran bintang iklan tersebut menyalahi prinsip kerja sama Grice. Meskipun menyimpang, pernyataan B mendukung pernyataan A. Pada tuturan semacam ini, pelanggaran maksim relevansi ditujukan untuk mendapatkan pernyataan kuat atas iklan yang ingin dipromosikan.

8.      Genre                         
            Bentuk tuturan di atas adalah tuturan langsung antara bintang satu dengan lainnya, ditambah bentuk narasi yang dinarasikan oleh naratornya dalam bentuk narasi suara atau Teks + Nr visual.

            Percakapan di atas, tidak hanya tindak tutur semata, namun juga memiliki unsur jargon di dalamnya. Hal itu diketahui pada dialog “IsoPlus, 7 ionnya lengkap, cepat diserap” yang berarti bahwa produk tersebut dinilai mempunyai kelebihan dibandingkan dengan produk lainnya. Selain pengenalan produk, juga mempunyai unsur persuasif yang bertujuan menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
           
            Sementara itu tuturan langsung yang berupa dialog dapat dicontohkan sebagai berikut.
KONTEKS (DIIRINGI MUSIK DI BAGIAN AWAL IKLAN) : PAGI YANG CERAH DI SEBUAH PEDESAAN, SEORANG USTADZ MENGADUK MINUMAN DI WARUNG. SAAT MENGADUK, SEORANG PEREMPUAN BERSERAGAM PNS DATANG KE WARUNG UNTUK BELANJA SESUATU. USTADZ TERSEBUT MENGUCAPKAN SALAM DAN MENGAJAK BICARA TERHADAP PEREMPUAN. KEMUDIAN, DARI DALAM MOBIL, DUA LAKI-LAKI MENANYAKAN SESUATU KEPADA USTADZ TERSEBUT.

BIU L                         : Assalamualaikum
BI (1) P           : Waalaikumsalam
BIU( l)            : Flu, panas dalam, dan sariawan?
BI (1) P           : Iya
BIU (L)           : Minum Segar Dingin
TAV                : Jeruk nipis, vitamin C 1000mg, alang-alang
BI (2)  L          : Untuk lesu dan perut begah
BIU (L)           : Minum Segar Dingin juga
TAV                : Perut lesu dan tubuh lesu
BI (3) L           : Vitamin C-nya?
TAV                : Vitamin C 1000 mg, 4 manfaat komplit (radang tenggorokan, perut                       begah, sariawan, tubuh lesu)
BIU (L)           : Pengalaman saya, Segar Dingin cegah flu dan insya Alah panas                             dalam jauh...
Teks Visual     : Wingsfood

Berikut akan dipaparkan analisis menurut Dell Hymes :
1.      Setting dan scene       
            Tempat terjadinya peristiwa tutur dalam iklan tersebut di sebuah pedesaan dan warung. Sementara waktu dan suasana yang melatarbelakangi kejadian yakni di pagi hari yang cerah, dalam kondisi yang kondusif dan tenang. Dapat dikatakan tenang mengingat pada umumnya pedesaan bukanlah tempat ramai penduduk seperti halnya ibu kota atau kota metropolitan, bahkan sebaliknya merupakan tempat yang asri dan damai.

2.      Participants
            Pihak-pihak yang terlibat di dalam tuturan iklan di atas berjumlah empat orang, yakni bintang iklan utama berjenis laki-laki, tiga bintang iklan pembantu yang berjenis lakik-laki dan perempuan.

3.      Ends                           
            Tujuan tuturan dalam iklan di atas yaitu bermaksud menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh seorang perempuan perihal penyakit flu, panas dalam, dan sariawan. Iklan yang dibintangi oleh ustadz laki-laki menyarankan (bentuk persuasif) kepada perempuan untuk ikut mengonsumsi Segar Dingin. Kebetulan pula sebelum kedatangan perempuan, ustadz tersebut sedang mengaduk minuman yang tidak lain adalah Segar Dingin yang diyakininya dapat meringankan atau menyembuhkan penyakit kecil semisal flu, panas dalam, dan sariawan.

4.      Act Sequence             
            Bentuk tindak tutur yang terjadi dalam iklan di atas yaitu dialog secara langsung yang melibatkan empat orang, satu orang sebagai penutur utama (ustadz) dan sisanya sebagai mitra tutur. Sementara isi ujaran yang yakni terkait solusi atas penyakit flu, panas dalam, dan sariawan yang sering dialami banyak orang, khususnya dari pihak perempuan, maka disarankan oleh ustadz untuk mencoba mengonsumsi minuman Segar Dingin semata dapat meringankan penyakit yang diderita. Tidak sampai di situ saja, secara eksplisit terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh ustadz melalui kalimat persuasif dengan pendekatan halus. Bahwsanya, saat ini ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit flu, panas dalam, dan sariawan karena kelebihan atas bahan-bahan yang mendukung mengapa minuman Segar Dingin diyakini sebagai obat ampuh untuk mengatasi flu, panas dalam, dan sariawan.

5.      Key
            Nada ujaran yang digunakan oleh para pelaku tindak tutur di atas bersifat medium (standar) melalui intonasi yang tidak menggebu-gebu juga tidak terlalu pelan. Sementara cara yang digunakan oleh penutur yakni, melalui pendekatan secara halus dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun, terlebih diketahui bersama jika bintang iklan utamanya berprofesi sebagai ustadz.

6.      Intrumentalities
            Kutipan peristiwa tutur dalam iklan Segar Dingin di atas memperlihatkan adanya pilihan variasi pada bahasa yang sama, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia ragam non formal. Ragam non formal biasa digunakan dalam pembicaraan di sekolah, rapat-rapat biasa atau pembicaraan yang berorientasi pada peristiwa tertentu.

7.      Norm of Interaction and Interpretation
            Berdasarkan ilmu pragmatik, terutama prinsip kerja sama dan kesopanan (kesantunan) yang dikemukakan oleh Grice dan Leech. Dalam setiap tindak tutur, terdapat aturan atau kaidah bertutur kata. Terlepas dari itu, apa yang diujarkan oleh pelaku dalam iklan Segar Dingin sesuai dengan  prinsip kerja sama, yaitu maksim kuantitas dan maksim kesimpatisan. Maksim kuantitas merupakan maksim yang menghendaki setiap peserta tutur memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra penutur sejelas mungkin, memadai, dan relevan atas apa yang diujarkan.
A         : Flu, panas dalam, dan sariawan?
            B         : Iya
           
                        Pada tuturan antara A dan B, penutur A menanyakan sesuatu terkait           kondisi si B. Dilanjutkan dengan jawaban B sebagai respon pertanyaan A.           Jawaban seperti B itulah yang diharapkan oleh maksim kuantitas. Bagaimana     seseorang memberikan tanggapan dari hal-hal yang diujarkan. Secara wajar, penutur A akan lebih memilih jawaban singkat dan padat seperti percakapan di atas daripada contoh di bawah ini :
            A         : Flu, panas dalam, dan sariawan?
            B         : Iya. Tadi gara-gara makan sambal kebanyakan. Habisnya enak juga                       lauknya.
           
                                    Tuturan di atas dinilai menyimpang dari maksim kuantitas disebabkan         jawaban atau informasi yang berikan B tidak seinformatif mungkin, padahal         penutur A hanya membutuhkan jawaban simpel, jelas, padat, dan aktif. Tidak bertele-tele seperti di atas. Lain halnya dengan maksim kesimpatisan, maksim ini diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Maksin menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa anti pasti pada mitra tutur. Seperti yang terlihat dalam percakapan di bawah ini :
            A         : Untuk lesu dan perut begah
            B         : Minum Segar Dingin juga

                                    Apa yang diujarkan oleh B sebagai bentuk kepedulian dan respon atas keluhan dari B. Selain mengajarkan untuk peka dan peduli, maksim kesimpatian juga memberikan sikap bagaimana kita memberikan solusi yang tepat dengan meminimalkan kerugian diri sendiri, namun memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.

8.      Genre                         
            Bentuk tuturan di atas adalah tuturan langsung antara bintang iklan satu dengan lainnya secara lisan, ditambah narasi yang dinarasikan oleh bintang iklan utama atau Teks + Nr visual.

            Tindak tutur yang terjadi antara bintang iklan utama dan bintang iklan pembantu pada peristiwa tutur dalam iklan televisi di atas adalah tindak tutur langsung yang berbentuk dialog. Semua bintang iklan di atas saling melakukan tuturan dalam bentuk dialog. Terutama pada bintang iklan utama yang bertindak sebagai fokus perhatian iklan sebagai narator. Sejenis dengan tuturan langsung bintang iklan televisi yang berupa monolog, tuturan narator ini pada hakikatnya ditujukan kepada para penonton sebagai mitra tuturnya. Sementara jargon yang terdapat pada iklan tersebut terdapat pada kalimat “Insya Allah panas dalam jauh”
           
KONTEKS (DIIRINGI MUSIK): ADA 3 PAPAN NAMA YANG MASINGMASING MENUNJUKKAN ANGKA 48 JAM, 36 JAM, 24 JAM, DAN 15 MENIT. KEMUDIAN GEDUNG PEGADAIAN DITAMPAKKAN DARI BAGIAN DEPAN. SELANJUTNYA PETUGAS PEGADAIAN TERLIHAT SEDANG MELAYANI SEORANG IBU DAN PEMUDA. LIMA BELAS MENIT KEMUDIAN SEORANG PEMUDA DAN SEORANG IBU TAMPAK SENANG DAN PUAS SEKALI MENDAPATKAN PINJAMAN DENGAN CEPAT DAN MUDAH DI PEGADAIAN.
BIU (p)           : Dengan harta berat Anda. Begitu cepat dan mudah. Hanya 15 menit dana segar tersedia.
BI(1)               : Bisnis jadi lancar…
BI(2)               : Usaha jalan lagi…
Nr (l)               : Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah.
Teks                 : Hanya 15 menit dana segar tersedia. Pegadaian mengatasi masalah tanpa

Berikut analisis berdasarkan teori Dell Hymes :
1.      Setting dan scene       
            Pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan. Tempat terjadinya peristiwa tutur dalam iklan tersebut di gedung pegadaian. Sementara waktu yang melatarbelakangi kejadian yakni di pagi hari, dalam kondisi yang relatif ramai mengingat berada di kota besar. Dari tindak tutur di atas, suasana menyenangkan tampak dari gesture tubuh seorang pemuda dan ibu setelah keluar dari pegadaian karena mendapat pinjaman dana melalui tahapan yang tergolong mudah dan cepat.

2.      Participants
            Pihak-pihak yang terlibat di dalam tuturan iklan di atas berjumlah tiga orang, yakni bintang iklan utama berjenis laki-laki, dua bintang iklan pembantu yang berjenis perempuan.

3.      Ends                           
            Tujuan tuturan dalam iklan di atas yaitu pihak pegadaian bermaksud menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh seorang ibu dan seorang pemuda perihal peminjaman dana untuk memenuhi keperluan hidupnya. Dalam iklan di atas, dapat kita lihat petugas memberikan pelayanan sebaik mungkin dengan waktu tak sampai setengah jam kepada para pelanggan hingga akhirnya orang-orang yang datang ke pegadaian merasa senang dan puas atas pelayanan petugas pegadaian tersebut.

4.      Act Sequence             
            Bentuk tindak tutur yang terjadi dalam iklan di atas yaitu dialog secara langsung yang melibatkan tiga orang, satu orang sebagai penutur utama (petugas pegadaian) dan sisanya sebagai mitra tutur. Sementara isi ujaran yakni terkait pelayanan petugas pegadaian kepada pengunjung yang membutuhkan dana pinjaman untuk menunjang keperluan kebutuhan hidup. Bahwa dijelaskan di atas, iklan pegadaian merupakan salah satu solusi yang tepat perihal pinjam-meminjam uang bagi orang-orang yang misal membutuhkan dana untuk usaha warung, membayar sekolah, atau keperluan lainnya. Melalui itu, diharapkan masalah keuangan yang seringkali dihadapi banyak orang menemukan kejelasan.

5.      Key
            Nada ujaran yang digunakan oleh para pelaku tindak tutur di atas bersifat tinggi melalui intonasi yang menggebu-gebu juga penuh semngat. Hal itu berdasarkan kalimat bisnis jadi lancar. Kalimat tersebut diujarkan seorang ibu yang merasa sangat senang setelah memperoleh dana pinjaman untuk bisnisnya. Sementara cara yang digunakan oleh penutur melalui pendekatan secara halus dengan menggunakan bahasa yang formal dan sopan, terutama bagi petugas pegadaian yang bertugas memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi para peminjam dana.

6.      Intrumentalities
            Kutipan peristiwa tutur dalam iklan Pegadaian di atas memperlihatkan adanya pilihan variasi pada bahasa yang sama, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia ragam non formal. Ragam non formal biasa digunakan dalam pembicaraan di sekolah, rapat-rapat biasa atau pembicaraan yang berorientasi pada peristiwa tertentu.

7.      Norm of Interaction and Interpretation
            Leech dalam prinsip kesantunan mengemukakan enam maksim yang menjadi aturan atau norma dalam bertutur kata. Keenam maksim tersebut antara lain, 1) maksim kebijaksanaan; 2) maksim penerimaan; 3) maksim kemurahan; 4) kerendahan hati; 5) maksim kecocokan atau permufakatan; dan 6) maksim kesimpatisan. Sehubungan keenam maksim yang telah disebutkan di atas, tindak tutur di atas sudah menyesuaikan norma tindak tutur yang dikemukakan oleh Leech, yakni maksim permufakatan. Maksim tersebut diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Maksim permufakatan  menuntut setiap peserta tutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa anti pasti pada mitra tutur. Sesuai dengan kutipan percakapan antara ibu dan pemuda berikut :
A         : Dengan harta berat Anda. Begitu cepat dan mudah. Hanya 15 menit dana segar tersedia.
B         : Bisnis jadi lancar.
C         : Usaha jalan lagi.

            Kutipan percakapan di atas memperlihatkan kepada kita suatu persetujuan bersama terhadap suatu hal, dalam hal ini penutur C membenarkan pernyataan B terkait ujaran A yang intinya mengatakan jika prosedur peminjaman di pegadaian tersebut mudah dan cepat dengan pelayanan maksimal serta menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.
                       
8.      Genre                         
            Bentuk tuturan di atas adalah tuturan langsung antara bintang iklan satu dengan lainnya secara lisan, ditambah narasi yang dinarasikan oleh bintang iklan utama atau Teks + Nr visual.

            Pada iklan di atas, narasi dapat berbentuk tampilan suara narator dan atau tampilan teks yang berlatar belakang suara narator (Teks + Nr). Dapat dicermati pula bahwasanya tuturan dilakukan oleh narator. Narator selaku penutur menyampaikan perihal kelebihan susu yang diiklankan, yakni susu Bear Brand merupakan susu terbaik dari pengolahan modern dengan tingkat steril paling tinggi dibandingkan susu lainnya. Pada akhir iklan tersebut, ditampilkan teks “rasakan kemurniannya” yang bersifat persuasif (ajakan/mempengaruhi) para pemirsa untuk membeli, menikmati, dan diharapkan mampu menjadi pelanggan setia produk susu tersebut. Bahasa persuasif seperti itulah yang dimaksudkan sebagai jargon, yang berfungsi menyiratkan sesuatu kaitannya dengan produk yang diikalnkan supaya produk tersebut memiliki bahkan menaikkan nilai jual di mata konsumen.
            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa tutur dalam iklan televisi adalah tindak tutur yang dilakukan oleh bintang iklan dan narator. Tuturan yang dilakukan bintang iklan dapat berupa tuturan langsung berupa monolog atau dialog. Sedangkan tuturan oleh narator berupa monolog.

B. Jargon yang Terdapat dalam Iklan Televisi
Nama Minuman
Jargon
Teh Botol Sosro
Ahlinya teh
UC 100
Healthy inside fresh outside
Coca-cola
Rasakan momennya
Sprite
Segarkan ekspresimu
Aqua
Kebaikan alam kebaikan hidup
Susu Bear Brand
Rasakan kemurniannya
Teh Ichi Ocha
Segerin gerah bodi dan hati lo!
Isoplus
7 ionnya lengkap, cepat diserap
Pepsi
Seru itu pilihan
I,m Coco
Crunch the new you
Mizone
Semangat gue cara gue
Kopi ABC Susu
Mantap kopinya mantap susunya
Teh Gelas
Alaminya berikan semua kebaikan
NU Green Tea
Makes you NU
Vitamin Water
More than just water
Teh Kotak
Persembahan dari alam
Ultra Milk
Makes your move
Minute Maid
Hidup lebih cerah
Mirai Ocha
Teh yang bikin ganbatte
Big Cola
Think big
Happy Jus
Bikin pede
Mogu-Mogu
You Gotta Chew
Larutan Cap Kaki Tiga
Larutan ya Cap Kaki Tiga
M-150
Bisa!
Kuku Bima Ener-G
Rosa!
Florida
Fresh to the top
Power F
Ini power kita
Segar Dingin
Insya Allah panas dalam jauh
Tea Jus
Nikmat teh aslinya ceriakan harimu
Teh Javana
Citarasa teh Indonesia
Teh Rio
Follow us minum Teh Rio
Top Coffe
Kopi Indonesia nggak ada yang seahli Top Coffe
Pocari Sweat
Kembalikan ionmu
Extra Joss
Laki tanding kalau sebanding
Hybrid Coco
Taste good feel good
Kapal Api
Jelas lebih enak
Kopi Good Day
Karena hidup banyak rasa kopi Good Day punya banyak rasa untuk harimu
Tora Bika Susus
100% mantapnya kopi, 100% gurihnya susu




BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Simpulan dari hasil analisis data dan pembahasan diuraikan sebagai berikut ini. Pertama, wujud peristiwa tutur dalam iklan menggambarkan kelebihan masing-masing produk yang diiklankan. Hal tersebut diperkuat oleh opini yang disampaikan bintang iklan utama maupun narator yang mengisi audio iklan. Kedua, dari iklan yang dianalisis menggunakan teori Dell Hymes, Grice, dan Leech, ditemukannya kesalahan atau penyimpangan terkait norma dalam bertutur kata, terutama penyimpangan teori milik Grice dan Leech. Ketiga, ditemukannya beragam jargon yang mempunyai nilai khasan di setiap masing-masing iklan. Mulai dari yang mudah dipahami sampai yang sulit dopahami oleh khalayak umum. Jargon-jargon dalam iklan di atas ada yang terbuat dari bahasa asing dan bahasa Indonesia. Jargon sendiri bersifat menarik perhatian dan persuasif (ajakan/mempengaruhi) pembaca untuk membeli produk yang ditawarkan. Selain itu, jargon juga berfungsi menambah nilai jual produk yang ditawarkan terhadap pangsa pasar.

B. Saran
            Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan pesan kepada para insan periklanan agar memperhatikan pilihan bahasa yang digunakan dalam situasi tuturan. Terlebih pada jargon-jargon yang menggunakan bahasa asing. Seyogianya, sebagai insan bangsa Indonesia, perlu diutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Harapan besar, dapat memberikan kontribusi selain menaikkan nilai jual produk, juga memberikan pengetahuan dan rasa cinta masyarakat terhadap bahasanya sendiri. Selain itu, kepada para peneliti dan pemerhati bahasa diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk melakukan penelitian lanjutan.
           





DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta :         Rineka Cipta.

Chaeri, Samdun. 2002. Implikatur Positif dan Negatif dalam Wacana Iklan Verbal Lisan di Media Audio Visual. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia            UNNES, Semarang.

Kentjono, Djoko,ed. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta : Fakultas Sastra          Universitas Indonesia.

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta : Pustaka           Pelajar.

Rokhman, Fathur. dkk. 2002. Variasi Bahasa Etnik Cina dalam Interaksi Sosial di             Kota    Semarang: Kajian Sosiolinguistik. Laporan Penelitian. Semarang :         Pemerintah      Propinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan    Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah            Jawa Tengah.

Umar, Azhar. dan Delvi Napitupulu. 1993. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik.        Medan : Pustaka Pelajar.


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Analisis Jargon dalam Iklan Minuman di Televisi"

gaigeiandoli said...

Casino Near Bryson City - MapYRO
Find Casino Near 김제 출장안마 Bryson City, Bryson City, only 용인 출장마사지 30 minutes from 안동 출장샵 Bryson City 경상북도 출장마사지 Casino and 15 minutes 삼척 출장안마 from Bangor International Airport.