Makalah Peran Bahasa Indonesia Pada Pembentukan Karakter Bangsa
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Filsafat Bahasa Indonesia Pada
Pembentukan Karakter Bangsa” yang merupakan salah satu
tugas terstruktur mata kuliah Filsafat
Pendidikan Bahasa Indonesia pada semester lima.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai filsafat bahasa, kaitan filsafat bahasa Indonesia dengan karakter bangsa,
cara menanamkan pendidikan karakter bangsa, hubungan bahasa dengan
pendidikan karakter, dan pendidikan karakter jika dilihat dari sudut pandang bahasa. Sehubungan dengan selesainya makalah ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Soeparno, selaku
dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan
Bahasa Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang
telah memberikan tugas pembuatan makalah mengenai kaitan filsafat bahasa dan karakter bangsa. Besar harapan melalui penugasan seperti ini, pengetahuan Penulis
dalam penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat
bagi penyusunan skripsi kami di kemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang
telah turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, demi menyempurnakan tulisan ini, Penulis memerlukan sumbangan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Penulis juga mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga karya
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 24 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Bahasa..........................................................................................4
B. Kaitan Filsafat Bahasa
Indonesia dengan Karakter Bangsa........................................4
C. Cara Menanamkan
Pendidikan Karakter Bangasa......................................................7
D. Hubungan Bahasa dengan
Pendidikan Karakter.........................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................10
B. Saran
..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia
tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan
sumber daya manusia tersebut. Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan
di setiap jenjang, SMA, SMP sampai SD harus diselenggarakan secara sistematis
guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat. kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard
skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Lalu
bagaimana dengan pendidikan bahasa Indonesia, apakah mampu mengubah karakter
masyarakat Indonesia atau tidak? Bahasa itu adalah hal yang sangat vital dalam
mengubah setiap masyarakat umum maupun pribadi, karena awal dari penyebab suatu
perubahan itu pasti karena hubungan komunikasi antar indifidu atau kelompok,
dan komunikasi itu adalah bahasa, tentu bahasa itu adalah hal yang sangat penting
dalam perubahan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian
filsafat bahasa?
2. Apa kaitan filsafat bahasa Indonesia dengan karakter
bangsa?
3. Bagaimana menanamkan pendidikan karakter bangsa?
4. Adakah hubungan antara bahasa dengan pendidikan karakter?
C.
Tujuan Penulisan
Setiap penelitian pasti mempunyai
tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai
berikut.
1.
Memberikan pemahaman terhadap
masyarakat tentang pentingnya bahasa sebagai salah satu faktor penanaman
pendidikan karakter.
2. Memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pentingnya bahasa sebagai salah satu faktor penanaman pendidikan
karakter.
3. Dapat mencerminkan
pemakaian bahasa Indonesia sebagai penutur bahasa yang baik dan benar.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil melalui kaitan filsafat bahasa dan karakter bangsa terbagi atas manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis
sebagai berikut.
1.
Secara teoritis
Memberikan masukan pada perkembangan
bahasa khususnya pada pembentukan
karakter bangsa untuk mempermudah pemahaman mahasiswa
dan pengajar dalam mempelajari perkembangan ilmu bahasa, terutama kaitan filsafat bahasa dengan
pembentukan karakter bangsa.
2
Secara Praktis
Membantu
pembaca dalam mengaplikasikan pemakaian ilmu filsafat dan peranan bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Bahasa
Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini
menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai
kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat
bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Filsafat
bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf,
sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat
bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui
pemahaman terhadap bahasa. Dalam rangka mencari pemahaman ini, para filsuf
telah juga mencoba mendalami hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni,
sejarah, dan lain-lain. Cara bagaimana pengetahuan itu diekspresikan dan
dikomunikasikan di dalam bahasa, di dalam fisika, matematika dan lain-lain itu
diyakini oleh para filsuf berhubungan erat dengan hakikat pengetahuan atau
dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi, dengan meneliti berbagai
cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat membuat filsafat
tentang pengetahuan manusia pada umumnya.
Letak
perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan
mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi,
para sarjana bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah
tujuan akhir kegiatannya, sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu
pengetahuan atau hakikat pengetahuan konseptual. Dalam usahanya mencari hakikat
pengetahuan konseptual itu, para filsuf mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan
akhir, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh
kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.
B. Kaitan
Filsafat Bahasa Indonesia dengan Karakter Bangsa
Karakter
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sifat-sifat kejiwaan , akhlaq atau budi pekerti.
Karakter dapat diartikan sebagai tabiat yaitu perangai atau perbuatan yang
selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang
menjadikan ciri khas setiap
individu untu hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa atau negara. Seperti yang
diketahui bersama, bahasa mempunyai peranan yang
sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai
alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan
dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman
bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan
interaksi sosial dengan sesamanya. Keraf (1980:03) yang menyatakan bahwa bahasa
apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai
(1) alat untuk menyatakan ekspresi diri; 2) alat komunikasi; 3) alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social; dan 4) alat
untuk mengadakan kontrol sosial. Empat fungsi yang diungkapkan Keraf di atas, salah satunya menunjukkan cara yang bisa dikategorikan sebagai lingkungan pendidikan yaitu masyarakat. Di dalam lingkungan daerah yang terisolir maupun daerah yang jauh dari pusat
kota, pendidikan di luar sekolah
tentu saja yang berada dalam masyarakat sangat dibutuhkan karena bagi daerah
seperti ini lingkungan pendidikan yang menyediakan ilmu pengetahuan, keterampilan, atau performans yang berfungsi
dapat menggantikan pendidikan dasar utama.
Pendidikan merupakan proses budaya, untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia” pendidikan berlangsung seumur hidup dan dapat dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Perlu
diketahui jika bahasa sebagai produk sosial
atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan manusia.
Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi
sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, serta sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh
masyarakat pemakai bahasa itu. Pendidikan berbasis karakter merupakan salah
satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan, penanaman karakter pada anak
dianggap sebagai hal
pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedikitnya
terdapat empat ciri dasar dalam
pendidikan karakter, yaitu 1) keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai dengan
nilai menjadi pedoman normatif
setiap tindakan; 2) koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip,
tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya
koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang; 3) otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain; 4) keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, lebih lanjut memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas.
”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan
personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior
dan interior.” Karakter inilah yang menentukan format seorang pribadi dalam
segala tindakannya.
Paparan
di atas semakin mendukung program pendidikan yang
tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang memberdayakan anak dalam pengertian
kecerdasan dan keterampilan melainkan program pendidikan juga menadarkan
tentang pentingnya menjaga moralitas dan peningkatan kemampuan pertimbangan
rasional dalam pengambilan keputusan. Apabila segala fenomena tentang
pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan baik, maka keberhasilan
pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan. Dampak yang dinilai
sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, dan pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika penggunaan
bahasa diberikan dengan tepat. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat
integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial. Hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman
tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi
sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di
suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari
tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat
sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti melalui
sebuah alat yang disebut bahasa.
Ada pengaruh
penting terhadap pendidikan karakter
yaitu bahasa adalah seperangkat kebiasaan. Kebiasaan bisa dikatakan adat, dalam situs Wikipedia menyebutkan bahwa adat
ialah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma,
kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.
Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan
sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang. Pengajaran bahasa digunakan
untuk meningkatkan harga diri,
menumbuhkan pikiran positif, meningkatkan pemahaman diri, menumbuhkna keakraban
dengan orang lain, dan mampu menemukan kelebihan dan kelemahan diri. Dari pernyataan tersebut maksud pengajaran bahasa berorientasi pada pemerolehan nilai sesuai pendidikan karakter yaitu, menumbuhkan pikiran positif dan menumbuhkan keakraban dengan
orang lain.
C. Cara Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan
karakter sebaiknya di
ajarkan dengan menyesuaikan sasaranya atau objek yang akan dituju. Akan tetapi
pendidikan karakter yang diinginkan ialah pendidikan karakter yang mudah
dipahami dan dimengerti, baik di kalangan pelajar maupun masyarakat umum. Bahasa diberikan pada lingkungan
pendidikan dan dimulai dari usia anak-anak sehingga
penanaman nilai-nilai yang
diberikan sejak anak-anak dinilai
lebih maksimal daripada diberikan pada usia dewasa. Pendidikan karakter terbagi menjadi tiga tahap yaitu :
a.
Pengetahuan
tentang kebaikan
Tahap ini ialah tahap awal dalam pembentukan karakter yang baik.
Ini mudah untuk diajarkan karena banyak sekali sumbernya, terutama buku yang mengajarkan tentang kebaikan. Untuk sekarang ini sudah banyak yang mengajarkan mulai dari
pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Pengetahuan tentang
kebaikan juga dapat tumbuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak-anak yang sudah pubertas sebagian besar sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang haq dan yang bathil.
b.
Menumbuhkan
perasaan senang dan cinta terhadap kebaikan.
Anak-anak yang sudah dewasa memang kebanyakan dapat membedakan yang baik dan
yang buruk akan tetapi belum tentu ia dapat menumbuhkan rasa senang ataupun
cinta dalam dirinya terhadap kebaikan. Maka dari itu ini adalah tahap yang
paling sulit untuk diterapkan. Syarat yang
harus terpenuhi agar tahap ini dapat terlaksana ialah pengetahuan tentang
kebaikan yang ada pada tahap pertama. Jadi, antara tahap yang pertama dan yang kedua sangat erat kaitanya. Kesulitan
dalam tahap ini karena rasa cinta terhadap kebaikan itu akan muncul apabila
kesadaranya pun juga tumbuh sehingga kita harus menumbuhkan rasa kesadaran
pentingnya kebaikan. Selain itu perlu adanya teladan yang patut dijadikan
contoh. Jika kita menyampaikan kebaikan lewat lisan maka hanya akan diletakkan
di samping telinga, jika kita
menyampaikan kebaikan lewat hati maka kebaikan itu akan masuk sampai ke hati, begitu pula jika kita menyampaikan kebaikan lewat akal maka akan
masuk sampai ke akal.
c.
Melakukan
perbuatan baik, perasaan senang atau cinta terhadap kebaikan
diharapkan dapat menjadi mesin penggerak sehingga akan menjadikan seseorang secara sukarela melakukan perbuatan yang
baik. Pada tahap ini disebut juga tahap untuk mengambil tindakan (action).
Setelah seseorang mengetahui tentang kebaikan dan sudah menyukai kebaikan maka
mereka akan terus menjaga agar kebaikan itu tidak hilang dari dirinya. Mereka
mengangap bahwa kebaikan adalah bagian dari hidup.
Dalam penanaman pendidikan karakter yang paling utama adalah keteladanan. Orang tua memberikan perilaku dan contoh yang positif kepada anak-anaknya. Guru memberi
contoh kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan
teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Penanaman pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai
strategi. Strategi yang dapat dilakukan antara lain 1) memasukkan pendidikan
karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah; 2) membuat slogan-slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan
semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang baik; 3) membiasakan perlaku yang positif di kalangan warga sekolah; 4) melakukan pemantauan secara kontinyu; dan (5) memberikan hadiah (reward) kepada warga sekolah yang
selalu berkarakter baik.
D. Hubungan Bahasa dengan Pendidikan Karakter
Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sistem bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Menurut Plato, bahasa pada
dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin
dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. Berdasar penjelasan Palto
tersebut, dapat diartikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan
mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi.
Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan
sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi masih kalah dengan bahasa. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks
daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah
merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang
bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambangan. Terlepas
dari itu semua, prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum ada delapan,
antara lain 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk
lebih banyak memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata; 2) tata
bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa; 3) keterampilan
berbahasa nyata menjadi tujuan utama; 4) membaca sebagai alat untuk belajar; 5)
menulis dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan; 6)
kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa
Indonesia; 7) penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya
sastra Indonesia; dan 8) pengajaran kosakata diarahkan untuk menambah kosakata
siswa.
Berdasarkan
hal itu, nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak berlatih di
kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui
kegiatan bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan
olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung siswa memiliki perilaku
dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya
sastra. Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan pengalaman
baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan
nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara
langsung tentang berbagai karakter mulia. Cara orang-orang tua kita
dahulu menanamkan nilai-nilai luhur melalui dongeng tentang tokoh-tokoh yang
memiliki karakter kuat mampu terserap ke dalam alam logika dan hati nurani anak
hingga terbawa sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah hati, kreatif,
empati, dan nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam
memori anak dan diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal
ini menunjukkan bahwa melalui pendidikan bahasa Indonesia kita dapat membentuk
karakter bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjabaran di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya filsafat bahasa
erat kaitannya dengan pembentukan karakter bangsa. Terutama penggunaan bahasa
sendiri yang sangat vital dan dibutuhkan masyarakat luas untuk berkomunikasi
antarsesama. Melalui bahasa, kita dapat mentransfer segala pengetahuan yang ada
di setiap sendi kehidupan. Melalui bahasa kita dapat mengajarkan nilai-nilai
yang terdapat di sekitar masyarakat. Melalui bahasa pula, kebudayaan dapat
dilestarikan sebagai bagian pendidikan karakter yang coba ditanamkan terhadap
anak-anak usia dini untuk mencintai bahasa juga bangsanya sendiri. Terlepas
dari bahasa, karakter seseorang condong dilakukan kepada kebiasaan sehari-hari.
Karakter bisa berupa hal yang baik maupun hal buruk. Karakter setiap individu
bersifat khas, unik, dan berbeda satu dengan lainnya. Melaui filsafat bahasa,
dapat terbentuk sebuah karakter kuat yang akan dimiliki setiap orang di suatu
negara. Hal itu akan berdampak positif untuk bangsa dalam memajukan kehidupan
warga negaranya.
B. Saran
Setelah
belajar tentang filsafat bahasa dan karakter bangsa, satu hal yang perlu dibenahi
adalah penanaman karakter seseorang demi maju-tidaknya suatu bangsa. Jika
karakter yang dimiliki setiap individu tidaklah tergolong kuat, bagaimana dia
dapat mencintai bangsanya sendiri. Hal itu yang patut dilakukan sesegera
mungkin supaya tidak mengalami kemunduran bangsa mengingat perkembangan zaman
yang kian hari kian berkembang pesat.
DAFTAR
PUSTAKA
Made Pidarta,1997. Landasan
kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah
0 Response to "Makalah Peran Bahasa Indonesia Pada Pembentukan Karakter Bangsa"
Post a Comment