Untuk Perempuan, Berbahagialah Setiap Waktu
Bertambah
bahagia setiap waktu adalah idaman bagi setiap orang. Semua orang pun berlomba
demi mendapatkannya, bahkan tak jarang kita temui orang menghalakan banyak cara
untuk tujuannya. Demi arti bahagia itu sendiri. Dan terutama untuk perempuan.
Dengan beraneka ragam rasa, tentu menjadikan sebuah keniscayaan yang perlu
disyukuri. Bagaimana ia mampu menjaganya agar tetap konsisten, berimbang, dan
tegar ketika satu demi satu masalah menerpa perempuan itu. Perempuan bukanlah
makhluk yang cengeng, sedikit-sedikit ngambeg tanpa alasan yang logis untuk
diterima akal manusia. Perempuan bukanlah tubuh terususu tulang-tulang,
bersifat ringkih, yang sedikit-sedikit goyah dan mudah jatuh. Mereka tetap
bertahan meski kondisi yang dialaminya seburuk apapun. Pun perempuan adalah
makhluk yang tetap teristimewa di dunia ini. Memang tidak semua perempuan itu
sama. Dan benar apa adanya jika rupa sama, bentuknya sama, namun perkara hati
perempuan itu siapa yang tahu-menahu? Pastinya mereka memiliki keistimewaan
sendiri. Dan bukankah itu hal yang patut mereka syukuri dari Yang Maha
Pencipta? Sungguh, perempuan yang memiliki kebajikan kuatlah yang akan menemukan
bertambah bahagia.
Lalu,
suatu hari, kalau tidak salah hari Sabtu, di perpustakaan kampusku, aku
menemukan salah satu yang menarik. Entah kebetulan atau memang Tuhan yang
merestui untuk kami bertemu, keterdugaan ini begitu mengejutkanku. Aku
terbelahak dengan si perempuan yang baru saja aku temui, bahkan aku kenal
baru-baru ini. Dia, perempuan, bersedia membagikan sedikit kisah yang
dialaminya. Kami mengobrol layaknya sahabat karib atau dua orang bersaudara
yang terlahir pada rahim yang sama. Bahkan, aku terbawa nuansa yang ia hadirkan
di hadapanku. Aku terbawa oleh apa yang ia tujukan, emosi, cerianya dia,
dukanya, dan berbagai intrik yang ia ujarkan meski waktu kami berbincang segera
habis. Seandainya tidak ada jam masuk kuliah baginya, mungkin aku bisa sedikit
memperpanjang kisah tulisan ini. Aku ikut tersenyum bersamanya, syukur ia mampu
menangkap maksud olehku. Sederhananya, perempuan asing itu memiliki kesamaan
dengan diriku. Dan aku tak tahu apa kesamaan itu. Tapi tak terlalu penting
untuk aku bekerja keras mencari kesamaan antara kami, sejatinya aku hanya ingin
perempuan itu tahu namaku.
Itu
salah satu yang tertemukan olehku. Aku beruntung bisa menatap matanya yang
berbinar-binar, berpendar cahaya, dan mengisyaratkan makna tulus. Meski seberat
apapun itu beban yang kan kau pikul, aku harap kau tetap menjadi pribadi yang
pertama kali kukenal. Iya, perempuan hebat. Jauh, nun, dari ketidaktahuanku
ini, hidup namanya. Kiranya seperti ini: Dalam hidup, ada sebuah perubahan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Dinamika kehidupan namanya. Semua orang
sudah pasti mengalaminya. Hanya bedanya, setiap yang dimaksud tersebut punya
cara sendiri menyelami dinamikanya. Mulai dari yang paling kecil, sedang, atau
yang paling besar sekalipun. Pernah aku tersungkur oleh masalah hingga
membuatku tak percaya dengan siapapun kutemui. Pernah pula saat dikhianati
seseorang yang mengaku kawan, lainnya adalah rentetan kekecewaan yang sekarang
ini kujadikan pembelajaran. Di balik itu semua, aku menyadari hikmahnya, itulah
titik balik untuk aku berjuang keluar dari kubangan lumpur. Aku selalu percaya
bilamana yang di atas sana mendengar dan mewujudkan permohonanku. Permohonan
yang dikirim dari surga bernama doa. Aku tak kan merasa ngilu berucap berapa
kali karena ketika bara panas itu berembus lewat napasku yang berdegup kencang
tak karuan, di situlah aku merasa tenteram. Hatiku berbicara, mewakili setiap
derap langkah kaki, begitu pula dengan suara terbata-bata yang tak mampu berbicara
lebih banyak lagi. Waktu itu juga aku percaya, segalanya akan berakhir dengan
penyesalan. Karena pada bagian ujung lainnya, sesal sedang mengawalinya untuk
bercengkrama dengan waktu.
Untuk
perempuan, sepertinya Tuhan mengijinkan untuk kaummu bermartabat. Berkala meski
waktu terus mengejarmu, kapan dan di manapun kamu berada. Sudah semestinya,
terutama wajar untuk disangsikan dalam siklus kehidupan ini. Apa yang pernah
diingat akan dihantam oleh sunyi. Sejatinya pula, kapabilitas memori manusia
itu terbatas. Meski demikian, kengerian ini yang membuat mereka terlihat beda
dari makhluk lainnya. Sekalipun digantung koma, rasa sakit ketika ajal
menjemput keberadaan rohnya, dan seabrek agonia yang urung mereka lewati
seiring waktu. Mungkin ini yang dinamakan fase terburuk. Sakit yang
mendebarkan, perih yang membebaskan segala jiwa yang mati dan busuk termakan
dosa. Seandainya Tuhan memberi keajaiban untuk mereka, aku sebagai yang
ditakdirkan memimpin mereka, aku ingin perempuan itu menjemput kehidupan untuk aku
bertahan hidup. Apa yang menjadi obsesi hidup akan terwujudkan hitungan detik,
bahkan melebih kecepatan cahaya sekalipun. Perempuan yang selalu mencicipi
manis cinta dunia, yang justru tenggelam oleh pahit dan perih dada karena
ketulusan yang dimiliknya. Apa yang telah diberikan perempuan tak kan mampu
terbayarkan. Mereka adalah pribadi yang unik.
Sesungguhnya
kebahagian yang dicari-cari selama ini telah ada di dalam hati setiap insan
manusia. Hanya saja, tidak semua orang mengetahuinya karena hati mereka masih
terselimuti oleh ego dan ambisi. Yang menjadi pertanyaannya, mengapa perempuan
selalu mencari-cari? Alangkah baiknya jika mereka menemukan, bukan mencari
sesuatu yang mustahil untuk dilihat dengan mata telanjang. Bahagia sejati bukanlah
halusinasi yang dibuat-buat sedemikian rupa. Tanpa harus dibuat tersiksa
berlebihan. Semua sudah tersirat dalam benak masing-masing. Menguatkan diri dan
senantiasa menyadari: semua ada waktunya.
0 Response to "Untuk Perempuan, Berbahagialah Setiap Waktu "
Post a Comment