Ingin Lebih Dekat Denganmu - Itulah Caraku
Seterusnya aku memang tidak bisa
memunafikkan ini, sampai harus berjibaku melawan perasaan suka padanya.
Sekelumit kisah ini hanya menjadi pajangan belaka. Apabila esok hadir kembali,
rasa ini masih tertinggal. Jauh-jauh hari memang sudah terpikir, namun nyatanya
hanya begini-begini saja. Ingin aku buang tentangnya sejauh mungkin. Apa aku
harus amnesia? Membenturkan kepala hingga darah bercucuran. Atau bagusnya jika
hati ini aku tusuk pisau, tajamnya sudah terasah. Dan pada akhirnya aku masih
ingin hidup. Dia alasan yang sangat logis. Seberapa yakin aku menginginkannya,
hanya sebatas retorika. Selagi dia masih dekat pandangan mata, aku ingin terus
menatap senyum simpulnya. Aku tak akan bosan, tak akan jemu.
Walaupun
nanti aku keluar dari kampus ini bersamaan gelar sarjana yang melekat di
belakang namaku, dia yang pernah membuat hatiku kesengsem, tak akan luntur
tertelan waktu. Baginya mungkin sebatas lelucon, dan itu lucu kiranya. Dan
tahukah jika aku tulus menyayanginya? Terus saja memperhatikannya secara
diam-diam. Itu asik, baginya apa iya? Aku rela meluangkan waktu sebanyak
mungkin untuknya. Bahkan otak kecilku ini hanya berisikan dia. Aku pikir sekali
lagi, hidup memang perkara yang dijalani berdua. Selama aku mampu, itu bukanlah
masalah yang besar. Karena aku tahu jika itu mudah berdua dengannya. Dari awal
berjumpa dengannya, saat dia senantiasa menemani salah satu temanku bermain futsal.
Aku kira dia suka dengan temanku. Mendelikkan mata saat jalan berdua, seakan
tak ada yang berkomentar. Parahnya, semua orang waktu itu berbisik: mereka
berdua resmi jadian!
Penting
bagiku bahwa prinsip dan keyakinanku masih utuh. Untuk dia seorang saja,
menjadi pembeda dari lainnya. Dia adalah pembatas dari segala hal yang ada di
dunia ini. Dia mungkin kunci keberhasilanku di kampus kecil ini. Aku bersikeras
menginginkannya. Tekadku seperti baja, aku harus mengakuinya. Tak mudah putus
asa, pantang menyerah. Ini menarik sekali, dia juga seperti baja. Seorang
perempuan yang begitu luar biasa. Kelak dia akan jadi seorang ibu bagi buah
hatinya. Dan suatu saat kita sudah menua, aku ingin dia menyampaikan pesanku
untuk putra-putrinya: “Nak, jangan jadi
anak yang nakal. Patuhi segala perintah Ibumu. Bukan menjadi keharusan untukmu,
namun itu adalah kewajiban yang harus kamu tempuh. Ke depannya, aku memang
bukan siapa-siapa ibumu, tetapi aku tahu tentangnya karena kita pernah satu kampus.
Dan bila engkau menginginkan lebih, datanglah kepadaku. Akan aku ceritakan
semuanya di hadapanmu.”
Ada
dinding besar nan tinggi yang mengusik hati kecilku. Memaksaku
menghancurkannya, lantas mencari pesona yang dia hadirkan. Aku tahu dirinya
telah memikat isi hatiku. Sayang dia tak menyambut cintaku. Aku terlalu lembek dan semestinya aku
ungkapkan padanya. Sesungguhnya rasa suka ini berlebihan. Ingin aku bagikan
separuhnya sebab aku tak bisa menahan terlalu lama. Menjadi lebih dekat
dengannya merupakan nikmat dunia. Jika aku dustakan, aku tak akan melewatkan
begitu saja.
0 Response to "Ingin Lebih Dekat Denganmu - Itulah Caraku"
Post a Comment