Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck Karya Hamka
Sejak
berumur 9 bulan, Zainuddin
telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul kemudian ayahnya yang bernama
Pendekar Sutan. Zainuddin
tinggal bersama bujangnya, Mak Base, Kira-kira 30 tahun yang lalu ayahnya punya
perkara dengan Datuk Mantari Labih mamaknya, soal warisan. Dalam suatu
pertengkaran Datuk Mantari terbunuh. Pendekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap
selama 15 tahun. Setelah selesai masa hukumannya, ia dikirim ke Bugis untuk
menumpas pemberontakan yang melawan Belanda. Di sanalah Pendekar Sutan bertemu
dengan Daeng Habibah. Untuk mencari keluarga ayahnya, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia tinggal
di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang datang dari
Makasar, ia merasa asing di Padang. Apalagi tanggapan saudara-saudaranya beraneka-ragam.
Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan Hajati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan
antara Zainuddin dan Hajati semakin
terkenal ke seluruh dusun dan ia tetap dianggap orang asing bagi keluarga Hajati maupun orang-orang di Batipuh.
Untuk
menjaga nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan
Batipuh oleh mamak Hajati.
Dengan berat hati ia meninggalkan
Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hajati menemuinya dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin seorang. Selang beberapa
waktu kemudian, Zainuddin
menerima kabar bahwa Hajati akan
pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas undangan sahabat Hajati yang bemama Chadidjah. Zainuddin hanya dapat bertemu pandang
di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribune.
Pertemuan yang sekejap itu membuat Hajati mendapat ejekan dari Chadidjah.
Chadidjah sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hajati dengan Aziz, kakak Chadidjah sendiri.
Karena
merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang tuanya setelah Mak Base
meninggal, Zainuddin mengirim
surat lamaran pada Hajati.
Temyata surat Zainuddin bersamaan
dengan surat lamaran Aziz. Setelah diminta untuk memilih, Hajati memutuskan memilih Aziz
sebagai calon suaminya. Mendengar keputusan dari Hajati tersebut, Zainuddin
sangat terpukul dan kecewa. Zainuddin
kemudian sakit selama dua bulan karena Hajati
menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah
pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi
ke Jakarta.
Dengan
nama samaran "Z", Zainuddin
kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. la
mendirikan perkumpulan tonil "Andalas", dan kehidupannya telah
berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan
penerbitan buku-buku. Suatu waktu, pekeriaan Aziz dipindahkan ke Surabaya,
Hajati pun mengikuti suaminya. Suatu hari, Hajati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang
dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau "Z". Karena ajakan Hajati, Aziz bersedia menonton
pertunjukkan itu. Diakhir pertunjukan, mereka baru mengetahui bahwa Tuan Shabir
atau "Z"adalah Zainuddin.
Hubungan
mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin
dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja
karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah
tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi
hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak
baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan,
serta tak lagi menaruh cinta pada Hajati.
Akibatnya, setelah mereka tidak berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di
rumah Zainuddin. Setelah
sebulan tinggal serumah, Aziz pergi ke Banyuwangi meninggalkan isterinya
bersama Zainuddin. Sepeninggal
Aziz, Zainuddin sendiri pun
jarang pulang, kecuali untuk tidur. Suatu ketika Muluk memberi tahu kepada Hajati bahwa Zainuddin masih mencintainya. Di dalam kamar kerja Zainuddin terdapat gambar Hajati sebagai bukti bahwa Zainuddin masih mencintainya.
Beberapa
hari kemudian diperoleh kabar bahwa Aziz telah menceraikan Hajati. Aziz meminta supaya Hajati hidup bersama Zainuddin. Dan kemudian datang pula
berita dari sebuah surat kabar bahwa Aziz telah bunuh diri meminum obat tidur
di sebuah hotel di Banyuwangi.
Hajati meminta kesediaan Zainuddin
untuk menerimanya sebagai apa saja, asalkan ia dapat bersama-sama serumah
dengan Zainuddin. Permintaan
itu tidak diterima baik oleh Zainuddin,
ia bahkan amat marah dan tersinggung karena lamarannya dulu pemah ditolak
Hajati, dan sekarang Hajati ingin
menjadi isterinya. la tidak dapat menerima perlakuan Hajati tersebut.
Dengan
kapal Van Der Wijck, Hajati pulang atas biaya Zainuddin. Namun Zainuddin kemudian berpikir lagi
bahwa ia sebenamya tidak dapat hidup bahagia tanpa Hajati. Oleh sebab itu setelah keberangkatan Hajati ia berniat
menyusul Hajati untuk dijadikan isterinya. Zainuddin kemudian menyusul naik
kereta api malam ke Jakarta. Harapan Zainuddin
temyata tidak tercapai. Kapal Van Der
Wijck yang ditumpangi Hajati
tenggelam di perairan dekat Tuban. Hajati tidak dapat diselamatkan, karena
luka-luka di kepala dan di kakinya sangat parah. Selang Akhimya ia meninggal
dunia. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya. Sepeninggal Hajati, kehidupan Zainuddin
menjadi sunyi dan kesehatannya tidak terjaga. Ia jatuh sakit dan akhimya meninggal
dunia. Ia dimakamkan di sisi makam Hajati.
0 Response to "Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck Karya Hamka"
Post a Comment