Tentang Organisai - Kapan Kita Berorganisasi?
Jika saya hitung kembali, waktu
ketika pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta, kini hampir 2 tahun
berlalu. Pun saat ini saya sedang menempuh perkuliahan di semester 4 (lama juga
dari diary yang di atas). Namun, sudahlah itu tak penting. Saya ceritakan saja
yang terekam oleh memori otak saya. Saya sempat merasakan organisasi, tepatnya
ikut bergabung dalam organisasi bernama Pandawa. Lalu, berselang setengah tahun
belajar menulis sebab organisasi yang saya ikuti tersebut memberikan skill kepada para anggotanya untuk bisa
menulis. Entah apa saja jenis tulisannya, tetapi fokusnya ke arah jurnalistik.
Itulah mengapa saya tertarik untuk bergabung. Iya, karena di semester tiga
besok saya ingin masuk ke jurusan jurnalistik. Itu dulu. Selang beberapa bulan
setelah kami dibekali keterampilan dan seabrek pengetahuan akan tulisan,
akhirnya angkatan saya dan angkatan sebelum saya memutuskan untuk membentuk
pers mahasiswa. Waktu itu bernama Jaganyala. Saya sedikit lupa dengan arti atau
filosofi Jaganyala itu sendiri. Meski demikian, dulu saya termasuk anggota di
dalamnya. Pada saat awal pembentukan, ingat juga jika pertama kali mencetak
buletin untuk wilayah kampus saya. Bahkan, saya dipasrahi oleh ketua (Elki)
sebagai penanggung jawab (PJ) Feature (tulisan jenis jurnalistik semacam
berita, namun lebih soft news ketimbang hard news atau news factual). Itulah
sedikit pengantar dari cerita utama pada episode kali ini.
Saya rasa, saya yang sekarang
bukanlah seorang yang baik. Bagaimana mungkin saya dikatakan baik jika saya
mengkhianati kepercayaan yang mereka bangun untuk saya? Memang, juga bisa
dikatakan jika saya termasuk orang yang in-konsisten, terutama dalam hal
menyelesaikan sesatu yang disebut orang penting dan vital. Salah satu contoh
nyatanya, keluar dari organisasi Jaganyala hanya karena kurang sreg dengan anggota disekitar saya.
Bukankah itu konyol, bukan? Pastilah kalian akan setuju dengan penyataan saya
barusan. Bahwa di balik kejadian demikian, ada beberapa hal yang dapat saya jadikan sebagai pembelajaran untuk masa
yang akan datang. Berikut agar lebih jelasnya:
- Dalam hidup harus konsisten.
- Hidup bukan untuk mencari alasan, apalagi alasan negatif.
- Kamu tidak menghargai proses, pantaskah kamu sebut sebagai penulis sejati?
- Sekalipun kamu cerdas atau ada embel-embel pintar dalam akhiran namamu, belum tentu kamu pandai bersosialisasi, terutama mengorganisasikan sebuah kelompok tertentu (organisasi). Ilmu dan pengetahuan itu luas, dan kamu belum sama sekali mencapai level 1, bahkan disebut pemula pun tak pantas (hanya ikut saja).
- Masih harus berproses dan menjadikan tindakan adalah bentuk dari evaluasi dari kesalahan yang sering kamu buat.
- Jadikan, kritik dan saran dari sekelilingmu, sepedas dan semenyakitkan apapun itu kamu dengar.
- Dengarlah, renungkan, lalu filter melalui kesimpulanmu.
Begitulah, apa yang bisa saya
utarakan pada kesempatan kali ini. Saya sebagai penulis bajingan plus
berengsek, saya hanya bisa meminta maaf kepada pihak-pihak yang pernah saya
rugikan, pernah saya tinggalkan, dan mungkin pernah saya khianati tanpa sepatah
dua kata terlontar dari saya. Saya memang bajingan! Teramat sekali.
0 Response to "Tentang Organisai - Kapan Kita Berorganisasi?"
Post a Comment