Aku Hanya Jatuh Cinta Padamu, Tolong Mengertilah
Sejak awal aku
hanya melihat kamu seorang. Aku tak tahu mengapa aku bisa jatuh hati padamu.
Padahal, jika aku pikir-pikir di luar sana masih banyak laki-laki yang jauh
lebih tampan. Entah mengapa juga, pertemuan kali itu begitu berkesan untukku.
Apa sebab akibat pun tak terbayangkan dalam benakku. Yang aku tahu saat itu,
aku hanya ingin bersama kamu seorang. Tanpa ada campur tangan pihak lain
tentunya. Dan sebelumnya aku ucapkan rasa terimakasihku pada seseorang.
Berkatnya, aku bisa bersanding dengannya. Seseorang yang aku kagumi saat ini
adalah dia, lelaki yang berhasil merengkuh hatiku. Bagiku, tidak ada yang
paling istimewa selain sahabat. Yang selalu menepuk pundak, memberikan semangat
untukku, yang senantiasa berada di belakangku. Sekali terimakasih sahabat.
Pada saat ini ada orang lain yang tak kalah asik dengan sahabatku. Dia yang selalu memberi perhatian lebih, bahkan kasih sayangnya melebihi sahabatku sendiri. Aku sadar, aku tak boleh egois. Berharap pada imajinasi yang saban hari aku ciptakan. Semua itu aku lakukan demi bahagia. Iya, bahagia yang selama ini aku dambakan, bahagia yang sesungguhnya. Dalam arti hidup, lika-liku terjalnya kehidupan. Memang saat ini aku belum mampu memberikan kebahagiaan untuk kedua orangtuaku. Bahkan, saat ini saja aku masih bertengger nyaman pada semester tiga. Namun, sungguh aku utarakan kelak aku ingin bahagia bersama sahabat, keluarga tercinta, dan terakhir, bersama masa depan yang sudah aku pikirkan jauh-jauh hari. Ada benarnya juga, hidup itu penuh aral, rintangan, dan segala hal yang tidak pasti aku perkirakan. Bahkan jika esok hari malaikat izroil menghampiriku, aku sambut beliau penuh ramah.
Pada saat ini ada orang lain yang tak kalah asik dengan sahabatku. Dia yang selalu memberi perhatian lebih, bahkan kasih sayangnya melebihi sahabatku sendiri. Aku sadar, aku tak boleh egois. Berharap pada imajinasi yang saban hari aku ciptakan. Semua itu aku lakukan demi bahagia. Iya, bahagia yang selama ini aku dambakan, bahagia yang sesungguhnya. Dalam arti hidup, lika-liku terjalnya kehidupan. Memang saat ini aku belum mampu memberikan kebahagiaan untuk kedua orangtuaku. Bahkan, saat ini saja aku masih bertengger nyaman pada semester tiga. Namun, sungguh aku utarakan kelak aku ingin bahagia bersama sahabat, keluarga tercinta, dan terakhir, bersama masa depan yang sudah aku pikirkan jauh-jauh hari. Ada benarnya juga, hidup itu penuh aral, rintangan, dan segala hal yang tidak pasti aku perkirakan. Bahkan jika esok hari malaikat izroil menghampiriku, aku sambut beliau penuh ramah.
“Sungguh, betapa aku bergantung..,
pada seorang yang kusebut kekasih.”
Mengenai
tujuan hidup, kiranya jangka panjangnya sudah terpikirkan. Lagi-lagi kamu, masa
depan untukku. Sejauh mana hubungan yang aku jalin dengan kamu. Itu semua sudah
terkonsep dalam membran otakku. Dan aku inginkan padamu, kita punya tujuan yang
sama. Aku harus bagaimana, apa sikap terbaik ketika kita bertengkar, semua
sudah aku perkirakan. Aku bukanlah Tuhan, yang tahu-menahu segala hal. Namun,
mencoba untuk tetap yakin dan kalem-kalem saja kupikir lebih baik. Bayangan pertanyaan
nantinya akan muncul: benarkah kamu mencintaiku seutuhnya? Kalaupun iya, tolong
berikan bukti nyatanya untukku sekarang!
“Buktikan jika kamu..,
pantas
untuk aku perjuangkan.”
Kamu
adalah buku matakuliah yang harus aku baca terus-menerus. Sebagaimana buku
lainnya, ilmu segudang akan aku dapatkan secara mudah. Sama saja ternyata,
mempelajari kamu adalah suatu hal yang perlu aku coba sebaik mungkin. Karena
dengan itu, aku akan menemukan hal-hal yang tidak aku ketahui selama menjalin
hubungan denganmu. Apa hobi kita, apa saja kecocokan kita, apa pandangan kita
selanjutnyadan apa saja nilai dan norma yang selama ini kamu jadikan prinsip
hidupmu. Mengetahui tentangmu lebih dalam adalah hal baik untukku. Maka, jangan
heran jika aku tergolong cerewet untuk masalah yang satu ini. Membaca memang
bukan perkara mata melihat secara gamblang. Bukan itu saja, memahaminya jauh
lebih penting. Syukur-syukur jika aku dapat menerapkan dalam dunia nyataku.
Oh..., this is live that I want from yau.
“Kamu adalah buku matakuliah..,
aku harus rajin-rajin membacanya.”
Seiring waktu,
kita akan mengalami permasalahan yang terbilang rumit. Pertengkaran dalam
hubungan asmara tak bisa lagi kita hindari. Dan nyatanya, semua orang pernah
mengalaminya. Aku tak tahu lagi, apa sebab semua ini terjadi. Ketika kita
berbeda argumen, terlebih jika itu masalah sepele. Asal kamu tahu, aku menangis
tersedu-sedu. Dan kepada siapa lagi aku bertukar pikiran, hanya pada sahabat.
Jangan pernah berpikir jika aku orang yang kuat seperti kebanyakan lainnya.
Seorang wanita itu adalah tangguh, kuat seperti baja yang tak mudah rapuh.
Diam-diam aku sembunyikan dari kamu. Dalam relung hati yang terdalam,
permasalahan kita kala itu sudah kupendam rapat-rapat. Dan aku tetap takluk
terhadapmu meski air mata ini tak langsung aku tunjukkan padamu. Aku tak ingin
terlihat cengeng dan manja di depanmu. Dan sebenarnya, ini hanyalah
kepura-puraanku saja.
“Agar kamu tersadar kembali..,
aku mengalah demi kebaikan kita.”
Tiba pada klimaksnya.
Apa yang aku alami ini mencapai batasnya. Tuhan seakan membatasi kebahagiaanku.
Semua kejadian ini seakan menjadi peringatan keras untukku. Salam pagi darimu
yang senantiasa muncul dalam media sosialku kini sudah jarang kutemui. Ungkapan
kata manismu tak lagi mampu membuat aku tersenyum. Dan kamu cuek-cuek saja
dengan keadaan ini. Sesungguhnya, apa kamu terlalu sibuk akan pekerjaanmu
ataukah aku yang tak penting di matamu? Mengapa harus aku yang menjadi pelampiasan,
mengapa juga aku yang menjadi korban? Aku minta maaf jika aku mengganggu, jika
aku cerewet, jika aku seolah menjadi ibu kandungmu. Esok yang akan datang,
semoga Tuhan masih berpihak padaku. Asal kamu tahu, namamu tak pernah alpa
untuk aku sebut dalam setiap doa-doaku. Meski harus menunggu lama untuk kamu
sembuh dari penyakit ini. Aku janji akan setia menjaga pagimu, siangmu, dan
malammu hingga menjelang pagi untuk seterusnya akan berlaku demikian. Jujur,
aku sudah lelah dengan semua ini. Batinku sudah tak kuat lagi. Namun, isi hati
ini berkata lain: kamu adalah alasan untuk aku hidup pada esok yang akan
datang.
0 Response to "Aku Hanya Jatuh Cinta Padamu, Tolong Mengertilah"
Post a Comment