Memantaskan Diri Adalah Cara Terbaik dalam Hubungan
Sepeninggal
kelam yang telah usai. Yang telah lewat beberapa tahun lamanya. Teringat jika
dulu kita pernah bersama. Memadu kasih, terlebih pandangan mata untuk pertama
kalinya. Waktu itu hati ini kesengsem. Berbagai imajinasi berkembang pesat
dalam otakku. Imajinasi itu aku biakkan sebanyak mungkin. Karena aku tahu,
mungkin itu dapat membuatku jauh lebih bahagia. Betapa indah kenangan itu. Iya,
benar-benar indah. Sesampainya saat lamanya kita bertengkar tak jelas. Kau
percikkan api kemarahan. Membuatku gundah saja. Aku bingung menghadapimu. Entah
apa yang sedang kau pikirkan waktu itu. Asal kau tahu, aku tak keberatan sama
sekali jika harus menabung kesabaranku untukmu. Bukankah hal yang baik bagi aku
sendiri, selagi aku masih tetap pantas membahagiakanmu.
Kau
boleh-boleh saja menyelesaikan game onlinemu seharian, bergelut dengan skripsi
atau berpusing-pusing ria menghabiskan jatah kirimanmu untuk bermain. Dan selama
itu, aku renungkan segala bentuk kesibukanmu. Kau harus tahu, tak perlulah kau
mengkhawatirkanku. Perempuanmu ini sudah cukup lihai dan ahli menyikapi
sikapmu. Aku juga sudah terbiasa berteman dengan sepi. Sementara kau sibuk akan
kegiatanmu, aku pun juga iya. Selesaikan sajadan selama itu pula, aku akan
mencoba lebih patut diri. Kesan yang aku sampaikan ini mungkin membuatmu marah.
Menjadi semakin wajar jika berbeda pandangan, mengambil dua jalan yang
bersimpangan.
“Yang bisa aku lakukan hanya bersabar..,
akan sebuah pertemuan bahagia.”
Akan
lebih mudah bila kita tak terburu-buru saling menemukan satu sama lain. Aku
bisa bersembunyi dari rasa lelahku sebelum kau menemukanku lemas tak berdaya.
Hingga kau sadar, betapa aku lelah untuk menunggumu. Pintu hatiku senantiasa
terbuka setiap saat. Aku buka selebar mungkin. Semua kulakukan hanya untuk
membuat hati dan jiwamu nyaman bersamaku. Bahkan setiap perhatian yang
mendekatiku, aku alihkan mataku secara tegas. Aku ingin kita saling memberikan
dalam keadaan yang jelas-jelas baik. Meski kutahu, rindu menghantuiku setiat
waktu. Detik pun sangat berharga untukku.
Aku
tahu, orang lain di luar sana juga sedang berjuang menjaga perasaan
masing-masing. Masa menungguku ini akan berbuah manis. Aku yakin sekali, kau
tetap terbaik dalam hatiku. Kita akan bertemu dalam momen yang tepat. Saat dimana
kita saling bertukar jemari. Kau pasang cincin cantik itu di jemari manisku.
Sebelum tiba masanya, waktu akan terus berlari. Waktu akan menjauhkan kita. Dan
waktu akan cepat berlalu. Itulah salah satu hal yang sangat aku takutkan.
Namun, aku harus bagaimana lagi? Kita harus tahu bahwa impian yang kita
bicarakan tempo dulu harus terwujud. Meski dalam keadaan yang genting ini tidak
sesuai harapanku. Apa sebaiknya kita bermimpi sendiri-sendiri?
“Selalu ada hal baik untuk kita..,
sekalipun aku kecewa, aku tetap yakin padamu.”
Saat
kita bertemu kembali, kita sudah saling pantas untuk bahagia. Bahagia di sini
adalah rasa kehidupan yang sejati. Bukan omong kosong yang dulu pernah kita
kecap dalam bibir kita. Dan aku juga sudah punya langkah kaki yang cepat untuk
berlari. Antara kita, nanti tak akan ada lagi yang tertinggal. Kita akan
berjalan beriringan, berlari sama cepat. Kita sesuaikan ritme demi kenyamanan
hidup. Sangat indah bukan? Aku harap kita samakan persepsi kita terlebih
dahulu. Sekali lagi aku tahu, tidak ada orang di dunia ini yang menjamin kita
akan langsung bahagia. Sekalipun kita berlama-lama menatap muka, berpeluk ria,
dan kau genggam tanganku erat-erat. Pertengkaran juga tidak semudah itu kita
hindari begitu saja. Sebagai manusia, kejujuran dalam hati adalah kuncinya. Aku
ingin kau mengerti kedaanku. Apapun itu dan sesulit apa yang besok bakal aku
temui. Percayalah, perempuanmu ini sedang memantaskan diri untukmu.
0 Response to "Memantaskan Diri Adalah Cara Terbaik dalam Hubungan"
Post a Comment