Fase Dewasa - Ternyata Menjadi Dewasa Itu Tak Enak


             Apa kabar dirimu? Baikkah? Aku harap usia yang semakin menua ini masih memberi berkah hidup. Memang sekarang ini terbilang masih muda, namun juga tidak dikatakan sebagai kekanak-kanakan. Masa remaja sesuai teori perkuliahan yang kudapat juga berkata: inilah era terakhirku mengenyam dunia remaja! Benar juga, ada sedikit perbedaan yang aku rasa semenjak aku resmi menjadi mahasiswa. Apabila aku tafsirkan juga tak semudah itu aku temukan alasannya. Entah mengapa, aneh rasanya mendekati usia dewasa. Dan di usiaku yang genap dua puluh tahun ini, apa baru saja aku mengalami pubertas? Aku tepuk pipiku, lengan kucubit, ternyata aku tak sedang bermimpi. Sejalan waktu, orang di sekitarku mulai melihat aku dari sisi lain. Ibuku berkata: kau mirip mendiang ayahmu, tinggimu, kumismu, dan perawakan yang kamu tujukkan pada kami sekeluarga.

Jauh dari lubuk hatiku, ini terasa sangat berat
            Namun  begitu, ada hal yang sesungguhnya aku rasakan janggal. Kini aku sedang berjuang meretas masa depan. Belajar mencari ilmu di kota orang. Sampai harus meninggalkan keluarga yang aku sayangi. Apakah masih ada sesuatu yang perlu aku korbankan lagi? Bilamana ada, aku tak yakin diriku masih sanggup untuk tersenyum.

Ada hal yang harus kamu kejar
            Ini semua demi masa depanmu, kebaikanmu, keluargamu, dan juga orang-orang sekitar yang mendukungmu. Ingatlah jika ini merupakan salah satu fase hidup terberat yang wajib kamu lalui. Seberapa hadangan dan rintangan yang kamu temui, setiap permasalahan hidup tersebut punya cara unik untuk menyelesaikannya.

Jangan biarkan bimbang merajam, teruslah melangkah
            Ingat selalu jika waktu terus berputar dan berjalan. Kamu tak boleh berhenti di sembarang tepat. Perhatikan tujuan awal yang sempat kamu bangun. Impian semasa kecil yang kamu banggakan jangan serta merta dilupakan atau ditinggalkan begitu saja. Bahwa itu adalah bentuk positif yang mampu kamu bangun selama ini. Maka, usiamu yang menua ini tak menjadikan alasan untuk kamu mengeluh akan hidup selanjutnya.

Jika menjadi dewasa itu rumit, jangan pernah berpikir kamu bisa kembali menjadi bocah kecil untuk orangtuamu
            Aku sekarang tumbuh kian dewasa. Hingga hari demi hari yang aku lalui ini bahkan tak terasa sama sekali. Tentu ada segudang cerita dan pengalaman yang kutemui. Mulai zaman TK yang sangat manja kepada Ibu atau Ayah. Minta itu, minta ini. Merengek bila inginku tak kunjung diwujudkan. Bahkan, aku rela menangis sepanjang malam sampai tetangga sebelah komentar. Memasuki bangku sekolah dasar, aku juga masih merengek. Namun, kala itu bukan masalah mainan. Seabrek PR dari guru hingga materi sekolah yang tak kunjung kupahami. Ibu pun kesal, kadang cubitannya membuat kulitku memerah. Sebab, mau berapa lama aku belajar pun hasilnya selalu berakhir buruk. Parahnya, bermain sepanjang hari adalah kebiasaanku yang tak akan pernah berhenti. 
            Itulah sedikit gambaran masa kecilku. Senang, kesal, sedih, dan berbagai macam emosi yang kurasakan semasa kecil. Indah bukan? Tapi itu dulu. Dan sekarang aku hanya sibuk akan tugas kuliahku, organisasi, dan berbagai kegiatan yang membuatku terkadang harus merasakan sakit. Terlebih aku yang tinggal di kost-kostan. Jauh dari orang-orang yang kusayangi sudah menjadi bagian hidup yang mau tidak mau harus kuhadapi. Aku tak ingin merengek lagi seperti dulu kala. Sebab, nantinya aku hanya ditertawakan teman sejawat. Aneka penguatan-penguatan yang acapkali teman-teman berikan kepadaku, semoga memberi gambaran jelas apa yang mesti aku lakukan. Dan jauh dari lubuk hatiku, masih ada pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab seluruhnya: inikah yang disebut dewasa? 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fase Dewasa - Ternyata Menjadi Dewasa Itu Tak Enak "