Semenjak Perginya Pemimpin
Deru
campur badai
Lalu
lalang manusia tak ketinggalan
Mereka-reka
jalanan gelap, tangan yang berapi-api
Teriak-teriak
gemercik hujan barusan, Allah.. Allah
Mereka
agungkan hari besar itu
Pada
lautan umat muslim berjejer rapi menghadang jalan
Malam
benderang, semua tampak jelas
Hanya
aku seorang terpaku di pojok pintu, terlihat juga dari kejauhan
Bungah
hatinya, mereka seperti kecambah
Kecambah
yang sedang ingin bermekaran
Kecil
hatiku saat itu, aku hanya menatap pajangan wajah pucat
Yang
kaku tertidur di antara kubur
Berontak
pikiranku, nyatanya terkasih sudah binasa
Suaraku
pelan tak keras, mulut terbungkam, air setetes tak keluar dari bola mataku
Aku
tahan-tahan, aku ikhlaskan
Lirih
batinku berucap, telingaku tak mendengar
Sudah
lima tahun, aku lalui hidup tanpamu
Ternyata
kau begitu tega padaku, pada keluarga kecil ini
Kami
sekarang hanya berlima
Pemimpin
kami sudah tenang di sana...
0 Response to "Semenjak Perginya Pemimpin"
Post a Comment